Selasa, 15 September 2015

budidaya kelapa sawit PKPM sandy



  I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
       Indonesia merupakan produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia setelah mampu menggeser Malaysia. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan produk turunannya telah menjadi komoditas perdagangan internasional yang menyumbang devisa terbesar bagi negara dari ekspor non-migas tanaman perkebunan. Pengusahaan kebun kelapa sawit nasional dilakukan oleh perkebunan besar swasta (PBS), perkebunan rakyat (PR), dan perkebunan besar negara (PBN) telah menyebar di 19 provinsi. Selain sumber penyumbang devisa bagi negara, kelapa sawit juga berperan dalam meningkatkan pendapatan petani sekaligus memberikan kesempatan kerja yang luas (Yahya, 1990).
Perkembangan areal tanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Indonesia menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dengan luas areal sebesar 7,07 juta hektar dan produksi CPO mencapai 1.846 juta ton dengan perincian 2.565.000 hektar merupakan perkebunan rakyat (PR) dengan produksi 5085.000 ton minyak sawit, 687.000 hektar merupakan perkebunan besar Negara (PBN) dengan produksi sebesar 2.314.000 ton minyak sawit, serta 3.358.000 hektar perkebunan besar swasta (PBS) dengan produksi sebesar 8.990.000 ton minyak sawit (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).
Produksi CPO Indonesia mengalami peningkatan cukup pesat. Pada tahun 1998 produksi CPO sebesar 5,9 juta ton meningkat pada tahun 2008 menjadi 17,5 juta ton sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil CPO terbesar di dunia. Meskipun demikian, Indonesia belum bisa memenuhi permintaan pasar terhadap minyak kelapa sawit dunia yang mencapai 33.7 juta ton pada tahun 2008. Jumlah ekspor untuk produk kelapa sawit Indonesia berupa CPO dan produk turunannya mencapai lebih dari 18.1 juta  ton pada tahun 2008 dan menghasilkan devisa lebih dari US$ 14 milyar (Direktur Jendral Perkebunan, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa prospek usaha kelapa sawit masih sangat baik. 
Pencapaian hasil produksi kelapa sawit yang tinggi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim, dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam/varietas tanaman kelapa sawit yang unggul. Teknik budidaya kelapa sawit merupakan faktor  yang penting dalam memaksimalkan potensi produksi kelapa sawit. Teknik budidaya yang tidak sesuai dengan standar rekomendasi dapat mempengaruhi produksi tandan buah segar (TBS). Sebagai contoh akibat kesalahan pemupukan dapat menurunkan produksi TBS hingga 13% dari produksi normal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Dengan produksi yang tinggi, CPO yang dihasilkan juga akan tinggi sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. 
Kelapa sawit adalah penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut di antaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm kerner oil) yang tidak berwarna. CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan, industi sabun, industri baja, industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
       Memperoleh pengalaman dan kemampuan kerja baik secara teknis di lapangan maupun manajerial, meningkatkan keterampilan penulis dalam memahami proses kegiatan kerja di perkebunan kelapa sawit secara nyata,
Kegunaan dari kegiatan Pengalaman kerja praktik mahasiswa ini untuk menambah wawasan serta meningkatkan keterampilan mahasiswa dan diharapkan menjadi sumber informasi serta bahan kajian berdasarkan teknik pengelolaan kelapa sawit pada PT Manakarra Unggul Lestari.


II. KEADAAN  UMUM LOKASI
2.1  Sejarah Perusahaan
PT. Manakarra Unggul Lestari (PT.MUL) merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Perusahaan tersebut mulai berdiri pada tanggal 1 agustus 1997 oleh Bapak Tjungwanara Njoman yang bermitra dengan pemerintah tingkat II Mamuju. Pemda mamuju menyiapkan lahan sampai dengan izin lokasi dan Hak Guna Usaha kepada PT. Manakarra Unggul Lestari.
2.2  Keadaan Umum Perusahaan
2.2.1   Letak Administratif Perusahaan
PT. Manakarra unggul Lestari berada didesa kakulasang dan desa Leling Kecamatan Tommo Kabupaten mamuju yang berjarak 100 km dari ibukota Propinsi Sulawesi barat, Mamuju . Kebun PT. Manakarra Unggul Lestari memiliki batas- batas wilayah sebagai berikut:
a.    Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tobadak.
b.    Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kakullasan
c.    Sebelah Timur berbatasan dengan hutan milik Negara.
d.   Sebelah Barat berbatasan dengan desa Malino
2.2.2   Iklim
            Curah hujan selama 5 tahun terakhir kebun PT. Manakarra Unggul Lestari berkisar 3000 – 6000 mm, beriklim basah, suhu rata-rata adalah 24 – 32oC dengan kelembaban relative udara 80-90%. Penyebaran curah hujan bulanan dikebun PT. MUL umumnya merata selama priode 6 (enam) tahun terakhir.
2.2.3   Topografi dan tanah
Keadaan topografi terbagi menjadi dua wilayah. Untuk wilayah kebun PT. MUL Desa Kakulasan memiliki keadaan topografi datar dan wilayah kebun di Desa Leling memiliki tofografi bergelombang hingga berbukit.
Jenis tanah terdiri dari mineral dan podsolik merah kuning kedalaman efektif tanah lebih besar dari 100 cm dengan kesuburan tanah rendah sampai sedang dan pH tanah berkisar antara 5-6. Kelas keseuaian lahan secara actual adalah kelas lahan S2 sampai S3.
2.3  Visi Dan Misi
2.3.1 Visi
       “Menjadi perkebunan kelapa sawit yang unggul dan lestari”
2.3.2 Misi
1.    Mengedepankan tata kelola perusaha yang bersih danpotensial.
2.    Memperbaharui kualitas dan keterampilan sumber daya manusia.
3.    Menghasilkan produk dengan kualitas unggul.
4.    Peduli pada kualitas lingkungan dan kesejatraan masyarakat sekitar.
2.4  Struktur Organisasi
PT. Manakarra Unggul Lestari dipimpin oleh seorang General Manager yang membawahi Site  Manager dan dalam kegitan sehari-hari dibantu oleh :
a.    Asisten kepala kebun, secara operasional mengkoordinasi dan pengawasan tanaman serta membawahi asisten dan mandor yang bertanggung jawab dalam satu afdeling.
b.    Asisten kepala pabrik, secara operasional membawahi Asisten Pengolahan, Asisten Laboratorium, Kasie Pabrik, Mandor serta staff dan Karyawan Pabrik.
c.    Kepala Kasie, bertugas membantu Manager dalam melaksanakan kegiatan tata usaha, keuangan SDM,  dan alat transportasi.
d.   Kepala personalia bertugas membantu Manager dalam humas umum , penerimaan karyawan dan sk karyawan.
e.       Asisten kebun mebertugas untuk mementau afdeling, memberi pengarahan kepada  kerani ,mandor dan tenaga kerja tentang pekerjaan kebun.
f.     Mandor, bertugas untuk mengawasi Mutu pekerjaan, Tenaga kerja dan Laporan harian




III. METODE PKPM
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan Pengalaman kerja praktik mahasiswa (PKPM) ini dilaksanakan pada bulan Februari  2015 – April  2015, yang bertempat di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Manakarra Unggul Lestari  di Desa Kakulasang Dan Desa Leling,  Kecamatan Tommo, Kababupaten Mamuju, Provensi Sulawesi Barat.
3.2   Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan PKPM adalah dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan harian dikebun dan pabrik PT Manakarra Unggul Lestari.
       Beberapa metode yang diterapkan selama kegiatan PKPM berlangsung adalah sebagai berikut:
1.      Orientasi lapangan
Yaitu mengenali kondisi lapangan yang digunakan selama melakukan kegiatan PKPM.
2.      Praktik Langsung Kelapangan
Yaitu terlibat secara langsung dengan pekerjaan dilapangan bersama asisten lapangan, personil hingga tenaga kerja lainnya.
3.      Diskusi
Pelaksanaan kegiatan diskusi dilakukan bersama para asisten,kerani dan mandor. Hal ini dilakukan untuk menambah pengetahuan dan sebagai sarana konsultasi tentang berbagai masalah yang muncul dilapangan serta pemecahannya.
Beberapa metode pengumpulan data agar didapat data-data yang objektif, diantaranya sebagai berikut:
a.       Wawancara
Metode dengan melakukan tanya jawab secara langsung baik secara formal maupun non formal, atau tanpa kesengajaan pada saat santai kepada narasumber yang mempunyai informasi akurat dan terpercaya serta sesuai dengan data dilapangan.
b.      Observasi
Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan selama pelaksanaan kegiatan PKPM di PT Manakarra Unggul Lestari.
c.       Study pustaka
Metode pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan topik kajian serta pekerjaan dikebun dan pabrik PT Manakarra Unggul Lestari agar dapat dilakukan analisa data-data tertulis sebagai keperluan kelengkapan laporan.


IV. HASIL PEMBAHASAN
4.1    HASIL
Adapun hasil kegiatan yang dilaksanakan di PT Manakarra Unggul Lestari ditunjukkan pada tabel rekapitulasi kegiatan PKPM berikut ini.
Tabel 1 : Rekapitulasi hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa di PT. Manakarra Unggul Lestari Sulawesi Barat.
Kelompok Kegiatan
Uraian Kegiatan
Bentuk Kegiatan
Pembibitan Awal
(Pre Nursery)







Pembibutan Utama
(Main Nursery)
     Pembuatan Bedengan
                   Persiapan Media Tanam, Pengisian Babybag
     Penanaman Kecambah
     Pembuatan Saluran Drainase
     Penyiraman Dan Penyiangan
     Pengendalian Hama Dan Penyakit
     Pemupukan PN
     Seleksi Bibit Pre Nursery
     Perlakuan Bibit Lewat Umur
     Sanitasi di MN
     Praktik
     Praktik

     Praktik
     Praktik
     Praktik
     Teori 
     Teori
     Praktik
     Praktik
     Praktik
Penanaman
     Perlakuan bibit
     Langsir Bibit
     Pembuatan Lubang Tanam
     Menanam
     Penanaman LCC
     Teori  
     Praktik
     Praktik
     Praktik
     Teori
Pemeliharaan TBM
     Penyulaman
     Pengendalian gulma
     Pengelolaan hara
     Identifikasi  dan pengendalian HPT
     Persiapan menjelang panen
     Teori
     Praktik
     Teori  
     Teori  
     Teori
Pemeliharaaan TM
     Pemupukan
     Pengendalian gulma
     Pengendalian HPT
     Pruning
     Perawatan jalan pikul  
     Praktik
     Praktik
     Praktik
     Praktik
     Praktik
Panen dan penangan hasil panen
     Kriteria Matang Panen
     Taksasi Produksi
     Rotasi  panen
     Alat dan pengangkutan panen
     Pelaksanaan panen
     Prestasi panen
     Praktik
     Praktik
     Praktik
     Praktik
     Praktik
     Teori  
Pengolahan kelapa sawit
     Pengolahan buah sawit menjadi CPO
     Kunjungan
Sumber. Data primer setelah di olah 2015
4.2    Pembahasan
4.2.1        Pembibitan
                   Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan. Pembibitan satu tahap atau single stage berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pebibitan dua tahap atau double stage artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main nursery  ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar (Dalimunthe, 2009).
       Pembibitan dua tahap (double stage) ini yang di gunakan di PT ManakarraUnggul Lestari karna lebih banyak memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika menggunakan pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil.  Jika menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009).
4.2.1.1   Pembibitan Awal (pre nursery)
Pre nursery merupakan pembibitan awal dengan mengunakan bebybag dimana kecambah pertama ditanam selama 3 bulan sampai bibit tersebut mempunyai 3-4 helai daun dan bibit siap untuk di transplanting ke pembibitan utama (main nursery). Tujuan dari bibitan pre nursery yaitu mempermudah pemeliharaan dengan mengoptimalkan pengawasan lapangan dan terjadi proses seleksi bibit. Kegiatan yang ada pada tahap Pre Nursery yaitu:
4.2.1.1.1  Pembuatan bedengan
                   Bedengan yaitu areal yang di bentuk sedemikian rupa untuk tempat Meletakkan polybag, dengan permukaan tanah bedengan lebih tinggi daripada permukaan tanah antar bedengan. Ukuran bedengan di perusahan ini yaitu 120 cm X 20 Meter dan jarak antar bedengan 70 cm. Disepanjang pinggir bedengan dipasang kayu atau papan untuk menahan polybag agar tidak rubuh agar terlihat rapi dan bersih.
Proses pembuatan bedengan dapat di lihat pada (gambar 1.)
 







Gambar 1. Pembuatan bedengan.
4.2.1.1.2   Persiapan media tanam dan Pengisian babybag
            Media yang di gunakan adalah media tanah adapun tanah yang digunakan adalah tanah mineral lapisan atas ( top soil) yang  tidak bercampur kerikil atau batu. Tanah diambil dan dipindahkan keareal pembibitan dengan menggunakan truck dan lori jika sudah ada di lokasi pembibitan
Tekstur tanah yang baik adalah :
a         Lempung berliat
b        Mempunyai aerase yang baik
c         Untuk tanah mineral dengan kandungan liat yang tinggi, dapat dicampur dengan pasir dengan perbandingan 3 : 1 (liat: pasir )
d        Tidak boleh menggunakan tanah gambut, dan kalau terpaksa, maka harus dicampur dengan tanah mineral dengan perbandingan 3 :1 (gambut : mineral)
e         Tanah mineral diayak dengan ayakan 1 cm, untuk memisahkan bongkahan- bongkahan tanah  dan kerikil.
f         Tanah yang telah diayak dicampur dengan pupuk Rock Posphate sebanyak 10 gram per kg tanah.
g        Tanah yang telah diayak dan telah dicampur dengan pupuk RP, diisikan ke dalam baby polybag sampai hampir penuh ( berat sekitar 1 kg/polybag)
h        Polybag yang telah diisi tanah ayakan dan campuran RP, disusun dalam bedengan dengan ketentuan : 10 baby polybag per baris dengan panjang tergantung pada jumlah  bibit per kelompok persilangan.
            Pengisian babybag dilakukan dengan mengisi Babybag dengan tanah dan pengisiannya harus sedikit demi sedikit sampai penuh. Dalam melakukan pengisian usahakan diguncang agar polybag tidak membungkuk, hal ini bertujuan agar tanah pada babybag  padat sehingga tidak mudah rubuh. Setelah pengisian selesai babybag disusun di bedengan yang telah disiapkan. Persiapan media tanamdan pengisian polybag dapat di lihat pada (gambar 2).
 





Gambar 2. Persiapan media tanam dan pengisian polybag
1.      Penanaman Kecambah
a.       Adapun Penanganan kecambah kelapa sawit sebelum penanaman di bebybag.
1.      Kecambah yang diterima, harus segera ditanam hari itu.
2.      Sebelum penanaman kecambah, maka, harus dibuka lebih dahulu plastiknya, Pisahkan sesuai kelompok persilangannya, Sebelum ditanam terlebih dahulu direndam dalam air yang sudah diberi fungisida Dithane 100 gram dalam 5 liter air per 50.000 kecambah.
3.      Penanaman kecambah diusahakan perkelompok persilangan
4.      Sebelum ditanaman, harus diseleksi lebih dahulu. Kecambah yang abnornal/patah harus diafkir. Ciri- ciri kecambah yang normal yaitu. Pucuk jelas, Radicula jelas, Pucuk dan radicula dapat dibedakan, Pucuk agak meruncing, Radicula agak tumpul.

b.      Cara penanaman kecambah kelapa sawit di PT Manakarra Unggul Lestari sebagai berikut :
1.      Buat lubang ukuran 2-2,5 cm tepat di tengah- tengah baby polybag dengan menggunakan kayu
2.      Letakkan kecambah dengan posisi yang benar, bagian akar/radikula bagian bawah dan pucuk/plamula menghadap ke atas
3.      Timbun kembali kecambah yang sudah ditanaman dengan tanah yang sudah diayak dengan ketebalan 1-1,5 cm dan tidak boleh ditekan
4.      Kecambah yang tidak jelas antara akar dan pucuk,  ditanam dengan meletakkan bagian besar di bawah dan bagian kecil di bagian atas
5.      Kecambah yang rikulanya terlalu panjang, dapat dipotong sekitar 5 ( lima ) cm dari pangkalnya, baru ditanam
6.      Selesai penanaman, papan label harus segera dipasang
7.      Kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman kecambah adalah 1500-2000 kecambah per HK.
 







Gambar 3. Penanaman kecambah kelapa sawit
2.      Pembuatan saluran drainase
            Pembuatan saluran drainase ini bertujuan untuk mencegah terjadinya genangan air pada areal pembibitan yang dapat menimbulkan munculnya hama dan penyakit teruatama pada musim hujan.





Pembuatan drainase di PT MUL dapat di lihat pada (gambar 4).
 


                                                            



Gambar 4. Pembuatan saluran drainase
3.      Penyiraman dan Penyiangan
            Penyiraman yang dilakukan di PT Manakarra Unggul Lestari menggunakan system manual dengan cara menyiram polybag satu persatu dengan menngunakan selang sampai air dalam polybag mencapai air kapasitas lapang. Penyiraman dilakukan pada pagi hari dan sore hari jika curah hujan kurang >10 mm, dan apabila curah hujan melebihi <10 mm maka tidak dilakukan penyiraman.
            Penyiangan adalah kegiatan pengendalian gulma diluar bedengan maupun didalam polybag. Penyiangan harus dilakukan secara manual dengan rotasi 2 minggu sekali. Penyiangan tidak dianjurkan secara kimia karena dapat menyebabkan bibit abnormal atau mati. Kegiatan penyiangan gulma dapatdi lihat pada (gambar 5).
 






                                         
Gambar 5. Penyiangan gulma di bebybag


4.      Pengendalian hama dan penyakit
            Serangan hama dan penyakit selama di prenursery  biasanya belum ada. Jika ada, dapat diberantas dengan diambil  menggunakan tangan (hand picking). Serangan penyakit yang berasal dari sejenis jamur dapat dikendalikan dengan fungisida yang banyak dijual di pasaran, seperti Dithane, Sevin, dan Anthio dengan dosis sesuai yang dianjurkan (Sunarko, 2009).
Hama yang terdapat di PT MUL sebelumnya adalah hama tikus, adapun cara pengendaliannya pada bibit dilakukan dengan memasang umpan dengan bahan Klerat 0,005 BB disekitar bibit yang terserangan hama tikus. Penyakit yang terdapat pada bibitan kelapa sawit yaitu karat daun atau antraknosa, Penyakit antraknosa merupakan sekumpulan nama infeksi pada daun bibit-bibit muda, yang disebabkan oleh 3 genera jamur patogenik, yaitu Botryodiplodia spp., Melanconium elaeidis dan Glomerella cingulata. Pengendalian yang dilakukan yaitu secara kimiawi dengan menyemprotkan fungisida dithane -45WP dengan campuran bahan perekat SANVI 120 SL dan pemotongan daun yang telah terinfeksi penyakit karat daun
5.      Seleksi bibit
              Seleksi bibit yaitu memisahkan bibit yang normal dan abnormal dan dilakukan pada saat bibit dipindahkan ke main nursery.  Seleksi bibit di prenursery bertujuan untuk mencari bibit yang menyimpang. Bibit menyimpang dapat diakibatkan oleh faktor genetis, kerusakan mekanis, serangan hama dan penyakit, serta kesalahan kultur teknis.
Saat berumur tiga bulan, bibit kelapa sawit yang normal biasanya berdaun 3 - 4 helai dan telah sempurna bentuknya. Pengurangan bibit sejak kecambah diterima hingga dipindahkan ke main nursery dapat mencapai 12% atau lebih. Bibit yang mati terlebih dahulu harus dikeluarkan, kemudian bibit yang abnormal masih disimpan di pembibitan pre nursery dan di berikan perlakuan kecuali bibit yang terserang hama dan penyakit sudah 100% terserang maka bibit tersebut dimusnahkan. Ciri bibit kelapa sawit tidak normal sebagai berikut:
1.      Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow leaves)
2.      Anak daunnya bergulung kearah longitudinal (rolled leaves)
3.      Pertumbuhan bibit memanjang (erreted), terputar (twisted shoot), tumbuh kerdil, lemah, dan lambat (insufficient growth, dwarfish).
4.      Daunnya kusut (crinkled), anak daun tidak mengembang, membulat, dan menguncup (collante)
5.      Rusak karena serangan penyakit tajuk (crown disease).
Bibit normal                           Bibit Kerdil                 Bibit diploid normal
         
                                                                             
    


Bibit Menggulung              Bibit daun lalang                Bibit Terputar




Gambar 6. Beberapa bibit yang diseleksi
4.2.1.2           Pembibitan Utama (main nursery)
4.2.1.2.1     Sanitasi
Sanitasi adalah kegiatan pembersihan lahan dari sisa – sisa potongan pelepah hasil toping, plastik polybag, di areal pembibitan main nursery, pembersihan ini dilakukan dengan cara membakar tumpukan pelepah yang telah di kumpulkan. Sanitasi dapat di lihat pada (gambar 7).
 






Gambar 7. Sanitasi di areal main nursery
4.2.1.2.2      Perlakuan Bibit Lewat Umur (toping)
Toping merupakan kegiatan pemangkasan bibit di pembibitan main nursery dengan cara memotong seluruh pelepah secara merata dengan ketinggian 1/5 meter dari pangkal batang, dan dilakukan pada umur bibit 1/5 – 2  tahun. Dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Agar bibit kelapa sawit tidak mudah rebah/tumbang yang mengakibatkan pertumbuhan bibit bengkok.     
2.      Ketika akan dilakukan pelangsiran ke lokasi penanaman,  menjaga agar pucuk tidak patah yang bisa mengakibatkan bibit tersebut busuk dan mati.
3.      Mempermudah pelangsiran bibit ke lokasi penanaman.
Hal hal yang perlu di perhatikan dalam kegiatan toping ini yaitu :
a.         Pelepah pada bagian bawah dan atas harus di potong rata jika tidak, selain batang tanaman kecil produksinya pun tidak optimal.
b.        Hasil potongan pelepah harus di susun dengan baik pada bagian bawah pada jalur  tanaman.
c.         Alat yang digunakan harus tajam. Toping pada dapat di lihat pada  (gambar 8).
 






Gambar 8. kegiataan toping
4.2.2   Penanaman
Bibit yang ditanam dilapangan adalah bibit hasil seleksi di main nursery yang berumur 12 – 14 bulan . Berikut ini merupakan kegiatan yang termasuk dalam kegiatan yang termasuk dalam tahapan penanaman kelapa sawit di PT Manakarra Unggul Lestari.


4.2.2.1       Perlakuan bibit
Perlakuan bibit yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pengangkutan bibit ke lapangan untuk melakukan penanaman, ada beberapa hal yang perlu dikerjakan sebelum bibit dibawa ke lapangan antara lain :
c.       Toping
       Sebelum bibit di toping terlebih dahulu seleksi bibit, setelah itu di potong pelepahnya agar tidak patah pada saat pengangkutan, proses toping ini dilakukan pada bibit lewat umur.
d.      Pemuntiran bibit
Sebelum dibawa ke lapangan, large polybag diputar 180 dan pastikan tidak ada akar bibit yang menembus largebag dan jika masih ada di potong dengan mengunakan parang.
e.       Penyiraman bibit
Sebelum diangkut ke lapangan, maka bibit terlebih dahulu disiram  sampai tanah dalam large polybag jenuh agar pada proses pengangkutan tanah pada largebag tidak hancur.
f.       Sistem pemindahan
Bibit dipindahkan ke lapangan perkelompok bibit. Karena itu Estate Manager/ Askep harus menyusun program penanaman( peta penanaman), untuk mengidentifikasi setiap jenis bibit yang ditanam. Sedapat mungkin satu blok ditanami satu jenis bibit ( satu jenis persilangan). Kegatan di atas dapat dilihat pada (gambar 9).
 






Gambar 9. Proses toping, pemuntiran bibit lewat umur.

4.2.2.2   Langsir Bibit
Langsir bibit adalah mengangkut bibit keajir tanaman, proses langsir bibit dilakukan satu persatu dan di bagikan pada setiap ajir dengan cara dipanggul. Pengangkatan harus dilakukan pada bola tanahnya secara hati-hati agar tidak terjadi kerusakan bibit. Pengangkatan sebaiknya tidak dilakukan pada leher akarnya karena bisa menyebabkan bibit”patah pinggang”. Bibit harus diangkat dalam keadaan berdiri dan bagian bawa ditopang dengan bahu. Saat meletakkan bibit di sisi lubang, harus dilakukan dengan hati-hati dan jangan dibanting (Pahan,2008)
 




B.1   
 


                                               


\

Gambar 10. Proses kegiatan langsir bibit.
4.2.2.3   Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 60 cm (lebar atas, lebar bawah dan kedalaman),Namun di PT Manakarra Unggul Lestari lubang tanam dibuat dengan ukuran polibag dikarenakan biaya pembuatan lubang tanam sangat besar. Dalam pembuatan lubang tanam, tanah lapisan atas dan tanah lapisan bawah harus dipisahkan. Tanah top soil sebelah utara  dan tanah sub soil  sebelah selatan atau juga bisa sebaliknya, dengan tujuan supaya lubang tanam dapat terkena sinar matahari secara menyeluruh sehingga dapat membunuh bakteri dan penguapan zat beracun yang terkandung didalamnya. Biasanya di PT MUL, Dalam pembuatan lubang tanam dilakukan dengan sistem borongan, Upah langsir bibit, buat lubang tanam sekaligus tanam Rp 3000/lubang tanah.

 










Gambar 11. Pembuatan lubang tanam
4.2.2.4       Penanaman
          Penanaman bibit harus dilakukan secara hati-hati dan tidak dibenarkan memotong pelepah Yang masih hidup karena dapat mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman itu sendiri. Pelaksanaan kegiatan penanaman erat kaitannya dengan ketersediaan air tanah, sehingga kegiatan pada awal musim hujan merupakan waktu yang paling baik untuk menanam bibit sawit dilapangan. Susunan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman dan selanjutnya akan menentukan produksi tanaman kelapa sawit.










 





 

 




Gambar 12. Proses Penanaman
4.2.2.5    Penanaman Tanaman Penutup Tanah (Legume Cover Crop)
Tanaman penutup tanah atau tanaman kacangan ( Legume Cover Crop ) pada areal tanaman kelap sawit sangat penting karena dapat menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban tanah, menghemat biaya penyiangan, menambah bahan organik atau unsur hara dalam tanah dan mencegah terjadinya erosi. LCC ditanam dalam bentuk bibit yang berpolybag penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam sesuai ukuran polybag, dan lubang tanam di campur dengan pupuk rock phosphate(RP), lepas polybag dengan hati – hati agar tanah dalam polybag tidak hancur, masukan bibit kedalam lubang tanam yang telah di sudah siap, kemudian bibit yang sudah di tanam di siram dan berikan tajuk pada tanaman sebagai tanda. LCC ditanam dengan jarak tanam 1 - 2 meter baik dalam gawangan maupun dalam barisan, jenis LCC yang di budidayakan adalah Mucuna brakteata.







 







Gambar 13. Mucuna brakteata.
4.2.3   Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasikan (TBM)
4.2.3.1  Penyulaman
Penanaman dilakukan secara tuntas dalam satu blok. Setelah penanaman, dilakukan kegiatan sensus yang bertujuan untuk memeriksa tanaman yang tidak tumbuh atau tidak normal pertumbuhannya sebagai dasar kegiatan penyulaman. Penyulaman dilakukan seperti pada saat penanaman dengan menggunakan bibit yang sama.
4.2.3.2    Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan pada piringan, jalur pikul,dan gawangan mati pada tanaman kelapa sawit. Tujuan pengendalian ini untuk menghindari persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma serta memudahkan pekerjaan pemeliharaan lainnya. Metode pengendalian gulma yang kami lakukan diantaranya :
a.       Metode manual, dengan cara membabat mengunakan parang dan sabit.
b.      Metode kimiawi (Menggunakan Herbisida).
Metode kimiawi dengan menyemprotkan Herbisida Prima Up dan mengunakan konjugat prilly dengan frekuensi 120 – 150 cc tergantung jenis gulma, Penyemprotan dilakukan pada piringan tanaman dengan jarak ± 3 meter dari tanaman pokok sedangkan penyemprotan jalan pikul dilakukan sejauh panjang lahan dan lebar ± 4 meter.
4.2.3.3       Pengelolaan Hara
Pengelolaan hara bertujuan untuk menyediakan unsur hara kembali pada tanah guna memicu pertumbuhan vegetatif dan generative tanaman kelapa sawit. Kegiatan pengelolaan hara meliputi pemupukan, aplikasi tandan kosong, penanaman tanaman penutup tanah, dan aplikasi limbah cair.
Pemupukan
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap Pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan.Pemupukan berpengaruh terhadap meningkatnya kesuburan tanah dan melengkapi ketersediaan unsur hara di dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Di PT.Manakarra Unggul Lestari Kegiatan pemupukan yang dilakukan pada tanaman TBM berupa pemupukan Urea dan juga pemupukan  KCL. Pada pemupukan Urea dan pemupukan KCL terlebih dahulu dilakukan pembersihan piringan pada tanaman kelapa sawit yang selanjutnya pupuk di ecer/Diletakkan pada titik tertentu dengan menggunakan jonder/traktor. Adapun dosis yang dipakai adalah 1,5 kg/Tanaman dengan cara ditabur langsung pada piringan tanaman dengan jarak penaburan :         
a         TBM 0    = 30  -  50 Cm
b        TBM I    = 50  -  100 Cm
c         TBM II   = 100  -  150 Cm
d        TBM III  = 150  -  200 Cm
4.2.3.4    Identifikasi dan pengendalian HPT
1.      Ulat Api (Setothosea asigna)
     Disebut ulat api karena punggungnya berbulu kasar,kaku dan beracun.Racunnya keluar dari bulu kasar tersebut berupa cairan yang jika terkena tangan terasa gatal dan panas.Serangan ulat api (ulat pemakan daun kelapa sawit) menyebabkan tanaman kehilangan daun (defoliasi) sehingga berpengaruh terhadap penurunan produksi. Adapun pengendalian yang dilakukan yaitu secara biologis dengan penanaman tanaman Turnera subulata di sisi pinggir jalan-jalan blok perkebunan kelapa sawit, Instar/sari madu dari
tanaman tersebut berguna sebagai bahan makanan bagi predator ulat api (Eocanthecona furcellata Wolff)


 




 

    Gambar 14.  Ulat Api (Setothosea asigna) dan Tanaman Turnera subulata
2.      Tikus semak belukar (Rattus tiomanicus)
Tikus Tergolong mamalia.Tikus dewasa mampuberanak tiap 2 bulan sekali dengan jumlah anak dapat mencapai 10 ekor tiap kali beranak. Hama ini menyerang tanaman pada semua umur,mulai dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan. Pada tanaman belum benghasilkan (TBM) tikus menyerang  buah mentah Apabilah menyerang titik tumbuh, dapat menyebabkan kematian.
Adapun pengendalian yang dilakukan yaitu metode kimiawi dengan pemberian Rodentisida (Klerat).
ti
 




  

Gambar 15.  Gejala serangan tikus

4.2.3.5   Persiapan Menjelang Panen

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam persiapan menjelang panen adalah sebagai berikut :
4.2.3.5.1   Sanitasi
    Sanitasi merupakan kegiatan membersikan pokok dari pelepah kering dan bunga/buah busuk yang dilakukan pada saat menjelang panen. Tujuannya untuk menjaga kebersihan disekitar bagian tanaman sehingga serangan hama dan penyakit dapat dicegah.


4.2.3.5.2   Kastrasi
Kegiatan pembuangan bunga baik itu bunga jantan maupun betina sering disebut dengan istilah “kastrasi”. Pada dasarnya kastrasi dilakukan pada tanaman yang berumur 30 bulan . Tujuan kastrasi yaitu untuk memfokuskan tanaman pada pertumbuhan vegetatif sehingga pertumbuhan batang menjadi lebih optimal serta menyeragamkan pertumbuhan buah. Pelaksanaan kastrasi di PT Manakarra Unggul Lestari belum begitu sempurna karena kadang terjadi keterlambatan bahkan ada yang tidak di kastrasi. Hal ini disebabkan ketersediaan tenaga kerja yang terbatas.
4.2.3.5.3   Pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH)
TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen yang biasa dibuat saat menjelang panen. Ukuran TPH 3 m x 4 m. Dilahan datar. TPH dibuat   1 : 3 artinya 1 TPH untuk 3 baris tanaman.
4.2.3.5.4   Persiapan tenaga dan peralatan panen
Sebelum masa panen tiba tenaga pemanen harus dipersiapkan jauh-jauh hari sehingga kastrasi dapat dilakukan oleh calon pemanen tersebut. Kebutuhan pemanen tergantung  luas blok di setiap divisi. Peralatan panen seperti dodos, gancu,egrek dan batu asa  disediakan oleh pihak perusahaan.
4.2.3.5.5   Pengerasan jalan
Pengerasan jalan sangat perlu dilakukan karena untuk menunjang pengangkutan hasil panen kepabrik. Pengerasan jalan dilakukan dengan menggunakan sirtu (pasir dan batu) kemudian dipadatkan ,menggunakan compactor. kedua sisinya perlu digreder agar permukaan jalan menjadi cembung sehingga apabila turun hujan air tidak mengenang pada jalan dan air tersebut dapat langsing masuk ke parit yang ada disamping jalan.
4.2.4   Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
4.2.4.1  Penyiangan
Pemberantasan gulma atau penyiangan dilakukan karena dapat merugikan tanaman pokok,bahkan menurunkan produksi.Gulma dapat berkompetisi dengan tanaman pokok dalam memperoleh air,unsur hara,cahaya,maupun CO2. Selain itu,gulma dapat berperan sebagai tanaman inang bagi hama dan penyakit.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan membabat langsung gulma disekitar gawangan mati dengan menggunakan sabit dan parang.
4.2.4.2   Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan dengan menggunakan pupuk MOP (KCl), NPK Baumax, Mahkota Borate pada Tanaman Mengghasilkan (TM).Adapun dosis yang digunakan 1,5 kg/tanaman dengan jarak dari pangkal batang tanaman 1,5 meter.
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur – unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap jenis – jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus diaplikasikan.(Sunarko,2009).
 






Gambar 16. Proses pemupukan.
4.2.4.3   Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM) sama dengan pengendalian gulma pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).Dalam Kegiatan Pengendalian gulma pada Tanaman Menghasilkan(TM). Yang dilakukan adalah metode kimiawi dengan penyemprotan Herbisida (PRIMA UP)  dan mengunakan  conjugat, Prilly Pada gulma Lalang (Imperata cylindrica).
Pengendalian Gulma lalang yang dilakukan ada 2 yaitu :
·           Spot
Kegiatan spot merupakan kegiatan pengendalian gulma lalang dimana pertumbuhannya hanya tinggal di beberapa titik di lokasi perkebunan kelapa sawit. Kegiatan Ini dilakukan dengan cara menyemprot gulma dengan menggunakan cap.
·           Wiping
Kegiatan Wiping merupakan kegiatan pengendalian gulma lalang yang dilakukan setelah kegiatan spot/gulma dari sisa kegiatan spot. Di semprot dengan konsentrasi 1  atau setara dengan 10 cc Herbisida kontak/liter air. Kegiatan wiping ini dilakukan secara manual dengan mengoleskan langsung herbisida kontak ke gulma lalang dengan menggunakan kain.
4.2.4.4   Pruning
Pruning merupakan kegiatan membuang pelepah tua dan kering yang sudah tidak produktif. Pruning dilakukan untuk mendapatkan jumlah pelepah yang ideal sesuai dengan umur tanaman sehingga proses fotosintesis dapat optimal. Alat yang digunakan untuk pruning berupa dodos (untuk tanaman umur 5 – 8 tahun), dan egrek (untuk tanaman > 9 tahun ). Di PT Manakarra Unggul Lestari biasanya untuk pruning itu dilakukan pada saat proses panen dengan cara turun buah TBS maka turun pelepah yang sudah layak untuk di pruning dan menyisakan songgo yang telah di tentukan.        
4.2.4.5   Perawatan Jalan
Kegiatan perawatan jalan sama saja dengan perawatan jalan pada TBM yaitu dilakukan agar jalan mudah digunakan/dilalui untuk melakukan kegiatan pemeliharaan ataupun kegiatan panen. Adapun perawatan jalan dilakukan pada jalan yang ditumbuhi banyak gulma dengan menggunakan dozer.



                                                                                                                        





Gambar 17.  perawatan jalan.
4.2.5   Panen Dan Penanganan Hasil Panen
4.2.5.1       Kriteria Matang Panen
Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna buah kelapa sawit. Buah sawit yang masih berwarna hitam(nigrenchens), akan berubah warna menjadi merah kekuning-kuningan (orange). Kriteria kematangan buah merupakan penggolongan buah matang kedalam beberapa golongan(fraksi) berdasarkan persentase buah yang telah membrondol. Kriteria kematangan tersebut dibagi menjadi 6 fraksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.
tabel  2. Fraksi buah  berdasarkan tingkat kematangan
Jenis Fraksi Buah
Kematangan Tandan Buah Segar (TBS)
Fraksi 00
Buah sawit sangat mentah, berondolan 0 %
Fraksi 0
Buah sawit mentah,brondolan 1 sampai 12,5 %
Fraksi 1
Buah sawit kurang matang, brondolan 12,5 sampai 25 %
Fraksi 2
Buah sawit matang I, brondol 25 sampai 50 %
Fraksi 3
Buah sawit matang II, brondol 50 sampai 75 %
Fraksi 4
Buah sawit lewat matang I, brondol 75 sampai 100 %
Fraksi 5
Buah sawit lewat matang II, buah sawit bagian dalam ikut membrondol
Fraksi 6
Tandang kosong, semua membrondol
Sumber: Publikasi PPKS dan LPP dalam Sunarko (2009)


     (Buah normal)                    (buah mentah)               (buah kurang matang)
 





   (buah matang)                                      (buah terlalu matang)






Gambar 18. Kreteria kematangan buah
4.2.5.2       Taksasi Produksi
a.       Produksi Tahunan
Kegiatan taksasi produksi tahunan dilakukan 1 kali setiap 6 bulan. Sampel tanaman yang dibutuhkan minimal 5 %. Apabila dalam 1 blok luasnya 30 ha(populasi 128/ha), maka sampel yang diambil sebanyak 192 tanaman. Sampel tanaman diambil pada setiap selang 10 baris(10 teras pada lahan berbukit) dan setiap baris diambil selang 5 tanaman. Cara penghitungannya adalah setiap sampel tanaman dihitung berapa jumlah tandan yang menjadi buah(dicatat sesuai dengan umur buah tersebut) dan berapa jumlah tandan bunga betina, kemudian dijumlahkan. Tandan inilah yang akan dipanen selama 6 bulan mendatang.
b.      Produksi harian (Angka Kerapatan Panen)
Taksasi produksi merupakan perkiraan antara angka kerapatan panen, kapaled yang akan dipanen, populasi tanaman dan berat janjang rata-rata(BJR). Mamfaat dari taksasi produksi harian yaitu untuk mengatur kebutuhan tenaga pemanen dan sarana transportasi. Sebagai contoh kaveld panen yang akan dipanen 2 blok. Luas kaveld panen 30 ha/blok. Berdasarkan perhitungan dalam
1 ha(populasi 128 tanaman) 25 tanaman yang dapat dipanen.
Angka kerapatan panen=  = 0,19 atau 1 : 5 artinya dari setiap 5 pohon terdapat 1 tandan yang matang. Berat janjang rata-rata = 10 kg/tandan. Taksasi panen =0,19 x 60 ha x 128 tanaman x 10 kg= 14.592 kg. Apabila kemampuan 1 orang tenaga panen = 800 kg, maka dibutuhkan 18  pemanen. Untuk truk/kendaraan dibutuhkan 2 truk dengan kapasitas ± 7 ton/truk.
4.2.5.3       Rotasi  Panen
Rotasi  panen perlu dibuat  dan diatur dengan baik  supaya perpindahan panen dari blok satu keblok yang lain bisa berurutan dan teratur  sehingga penggunaan bahan bakar transportasi lebih efisien. Disamping itu, memudahkan kerani panen dalam mencatat buah hasil panen serta menghemat waktu pengangkutan karena tidak perlu berkeliling mencari buah.
4.2.5.4       Alat Panen dan Alat Pengangkutan Panen
1.      Dodos
                Dodos digunakan dalam pemanenan pada tanaman yang belum tinggi (8 tahun). Dodos ada dua jenis dengan ukuran mata dodos yang berbeda yaitu dodos besar dan dodos kecil. Dodos kecil berukuran 8 cm yang digunakan dalam kastrasi  dan pemanen dalam pemanenan kelapa sawit dengan ketinggian kurang dari 0,9 meter.sedangkan dodos besar berukuran 12 cm yang digunakan dalam pemanen pada tanaman yang lebih 0,9 meter dodos tidak digunakan lagi apa bila tanaman telah mencapai ketinggian diatas 2,5 meter.
2.      Egrek 
                Egrek merupakan peralatan panen yang berbentuk seperti sabit yang disambung dengan galah untuk memanen TBS pada tanaman yang telah tinggi (8 tahun ). Galah dapat terbuat dari bambu ataupun alumunium pool.setiap aluminium  pool terdiri dua atau tiga galah. Setiap galah mempunyai 6 meter yang dapat diatur panjangnya,selain awet juga ringan dibandingkan dengan galah yang terbuat dari bambu.


3.      Gancu
                Gancu merupakan  alat yang terbuat dari besi yang di lengkungkan dan runcing dari ujungnya. Biasanya digunakan untuk mengangkat buah dari dalam kebun ke TPH dan untuk mengatur buah di  truk yang akan dikirim ke pabrik.
4.      Parang
                Parang biasanya digunakan untuk pemotongan tangkai buah yang panjang membentuk huruf V dan memotong pelepah yang terlalu besar sehingga lebih mudah diatur di gawangan mati.
5.      Tojok
                Tojok terbuat dari beswi yang berbentuk huruf T dengan ujung bagian bawah runcing. Tojok merupakan alat panen yang berfungsi untuk mengangkut tandan buah segar ke bak traktor maupun truk.
6.      Batu asah
              Batu asah merupakan alat utuk mempertajam (mengasah) dodos, egrek, parang, dll.
7.      Lori – lori
              Lori – lori merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan TBS dari dalam blok pada saat panen.
8.      Truck
                Truk merupakan alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tandan buah segar dan brondolan dari TPH besar kepabrik. Kapasitas truck adalah 6 – 8 ton. Kebutuhan truck untuk TM tua biasanya 2 truck. Dan tanaman TM remaja hanya 1 truck per divisi.






 






 
Gambar 19. Dump Truck
4.2.5.5       Pelaksanaan panen
Panen harus dilakukan sesuai yang benar, sebab kesalahan dalam pemanen akan berdampak pada produksi  yang akan dating. Prosedur pemanenan yang benar adalah sebagai berikut :
1.       pemanen mendatangi ancak panen  sesuai dengan pusingan panen.
2.      Pemanen mencari tandan buah matang dengan melihat brondolan yang telah jatuh dipiringan.
3.      Jumlah songgo dipotong mepet (minimal 2 cm).
4.      Jumlah pelepah yang disisakan tergantung umur tanaman. Untuk TM remaja dan tua diberlakukan system songgo, unuk TM mudah pelepah tidak perlu dipotong (buah dicuri).
5.      Tandan buah matang dipotong dan tangkainya dipotong mepet dengan membentuk huruf V didalam blok kemudian dibawa ke TPH.
6.      Semua brondolan dikutip bersih dan diletakkan di TPH bersamaan dengan tandan buah segar.
7.      Pada TPH buah disusun rapi dengan tangkai menghadap kejalan disertai dengan nomor pemanen dan jumlah tandan yang dipanen.
8.      Pelepah dipotong menjadi 3 bagian dan diletakkan pada gawangan mati atau bibir teras.
9.      Setelah selesai pindah kepokok berikutnya.



4.2.5.6       Prestasi panen
       Dalam pemanenan semua pemanen memiliki tanggung jawab yang harus diselesaikan dalam seharinya. Jumlah tonase yang harus diselesaikan dalam sehari oleh tiap-tiap pemanen adalah 125 tandan perharinya.
4.2.6   Pengolahan Buah Kelapa Sawit
       Pengolahan buah kelapa sawit atau PMKS berada di Desa, Leling Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju.
 







Gambar 20. PMKS Leling
Adapun proses pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit adalah sebagai berikut:
4.2.6.1       Stasiun Penerimaan TBS (Reception Station)
Stasiaun penerimaan adalah stasiun untuk penerimaan dan penampungan sementara TBS yang dikirim dari kebun sehingga siap untuk dilakukan proses pengolahan lebih lanjut.
Pada stasiun penerimaan TBS terdapat beberapa alat yaitu Jembatan timbang, Loading Ramp(pembokaran buah),dan feeding comveyor.
a.      Jembatan Timbang
Fungsi dari jembatan timbang yaitu untuk menimbang seluruh TBS yang akan masuk ke pabrik dan menimbang seluruh hasil produksi CPO dan nut  yang akan dikirim keluar pabrik serta tankos yang akan kembali diaplikasikan pada kebun. Penimbangan perlu dilakukan  sebab angka yang diperoleh berkaitan dengan produksi perkebunan, pembayaran upah tenaga kerja, perhitungan rendemen dan lain sebagainya.

 

                                                                     





Gambar 21. Penimbangan mobil pengangkut TBS
b.      Loading Ramp (pembongkaran buah )
Setelah TBS ditimbang kemudian dilakukan grading untuk mengetahui buah yang dipanen masuk kriteria atau tidak.  Grading adalah menyortir buah segar, buah mentah dan buah busuk. Jenis grading ada dua yaitu grading lantai (grading 100%)  dan grading dengan menggunakan sample 100 janjang.  Grading 100 % adalah semua janjang harus digrading dalam satu truk.  Sedangkan grading dengan menggunakan sampel 100 janjang yaitu buah yang di grading dalam satu truk adalah 100 janjang dan yang digrading ialah pada bagian depan, tengah, dan belakang.
Adapun kriteria buah yang digrading yaitu buah mentah, buah busuk, tangkai panjang dan janjang kosong. Prosedur kerja dalam kegiatan grading yaitu:
a.    Grading dilakukan di apron loading ramp
b.    Grading dilakukan untuk setiap TBS dari kebun Inti, kebun plasma mitra penuh, plasma mitra bibit, plasma mitra swadaya.
c.    Grading dengan menggunakan Sample TBS 100 % janjang di apron loading rump.
d.   Grading TBS plasma dengan di saksikan oleh ketua kelompok tani tani
e.    Grading TBS terhadap buah mentah, buah busuk, janjang kosong, dan tangkai panjang
f.     Setelah di grading, sample TBS di masukkan ke dalam chute loading rump
g.    Jumlah truk yang membongkar TBS harus diatur sesuai dengan kapasitas loading ramp.
Loading Rump berfungsi untuk menerima dan memindahkan TBS ke Sterilizer serta menyimpan sementara TBS. Di dalam loading ramp terdapat alat yang disebut comveyor, tujuannya untuk mengantar buah masuk ke sterelizer.
 

 




Gambar 22. Loading Rump
c.         Feeding Comveyor 
Fungsi dari feeding comveyer adalah alat yang membawa TBS ke tempat perebusan buah(sterilizer)
 






Gambar 23. Feeding Comveyor

4.2.6.2       Stasiun Rebusan (Sterilizer)
              Merupakan tempat perebusan buah yang menggunakan panas dari uap yang bertekanan tinggi, dengan tekanan 2  – 3 Bar. Alat ini di lengkapi dengan pintu depan dan belakang dan pintu akan terbuka otomatis ketika perebusan sudah cukup dengan kapasitas 5 lori dalam satu sterilizer dalam satu lori memuat sampai >5 ton TBS karna di PMKS PT MUL mempunyai 2 tabung sterilizer sehingga dapat memuat ± 45 ton dengan lama perebusan selama ± 60  menit.Tujuan perebusan ini yaitu :
1.      Menonaktifkan enzim lipase yang menaikkan ALB pada TBS
2.      Memudahkan pelepasan brondolan (fruitlet) dari janjangan pada station threshing.
3.      Melunakkan berondolan sehingga memudahkan pemisahan/pelepasan antara daging buah dan nut pada proses Digestion dan Dipericarper.
4.      Mengkodisikan daging buah sehingga sel minyak dapat mudah di extraksi dan dimurnikan yang terjadi pada Stasiun Prees dan Stasiun klarifikasi.
5.      Mengurangi kadar air pada Nut sehingga memudahkan pemecahan dan pemisahan nut.
 






Gambar 24. Sterilizer
4.2.6.3       Stasiun Penebah  (Threshing Station)
              Fungsi dari thresher adalah memisahkan TBS yang telah direbus menjadi berondolan dan janjang kosong dengan system diputar dan dibanting.  TBS hasil rebusan yang berasal dari sterilizer di bawa ke trehesing melalui  Ex comveyer  lalu brondolan yang lepas akan masuk melalui kisi-kisi dan ditampung oleh Fruit elevator undtuk didistribusikan kesetiap unit oleh distributing comveyor selanjutnya tandan kosong melalui empty bunch conveyor     dibawa ke truck kemudian diaplikasikan ke kebun
4.2.6.4       Stasiun Press (Pressing Station)
Pada stasiun press terdapat alat Digester, Screw Press, Cake Breaker, Sand trap Tank, Vibrating screen dan Crude Oil Tank (COT)
a.      Digester
Digester berfungsi untuk melumakkan buah masak  untuk memudahkan proses pengepresan/pemerasan




b.      Screw Press
Fungsi screw press adalah untuk memisahkan minyak kasar  dari daging buah dan biji (Nut).        
c.       Cake Breaker Conveyor (CBC)
Cake breaker Conveyor (CBC) berfungsi sebagai alat untuk pemecah cake yang bergumpal dari hasil pressan, sehingga serat (Fiber) dan biji (Nut) dapat terpisahkan.
d.      Sand trap Tank
Sand Trap Tank adalah tangki yang berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir sebelum dialirkan ke Vibrating screen agar ayakan terhindar dari gesekan pasir kasar yang menyebabkan keausan, Dimana miyak mentah mengalir ke sand trap ini lalu kandungan pasir dan sludge ( Lumpur ) akan mengendap sesuai dengan berat jenisnya.
e.       Vibrating screen
Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran misalnya pasir, sabut, bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak  dan dapat di kembalikan ke digesther
f.       Crude Oil Tank (COT)
Di dalam crude oil tank, minyak di tampung kembali dengan maksud untuk menghindarkan kotoran dan pasir yang masih terikut sebelum di lakukan proses selanjutnya. COT berfungsi untuk mengendapkan kotoran, kemudian minyak di bawah ke Continous Setling Tank (CST).
4.2.6.5       Stasiun Klarifikasi (Clarifiocation Station)
Pada stasiun klarifikasi terdapat alat Continous  Setling Tank (CST),  Oil Tank, Sludge Oil Tank, Oil Furifier,  Vacum Driyer, defericarver dan polising drum.
a.       Continous Setling Tank (CST)
Minyak yang berasal dari COT dipompakan ke CST dengan menggunakan crude oil transfer pump melalui pipa saluran. Minyak akan berada di bagian atas tangki. Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak pertama dengan sludge dengan cara pengendapan.
b.      Oil Tank
Merupakan tempat penampungan minyak mentah dari CST yang mempersiapkan minyak sawit kasar yang akan diolah dalam furifier.
c.       Sludge Oil Tank
Pada tangki sludge cairan masuk melalui pipa yang disalurkan terus kedasar sludge tank. Sludge Tank berfungsi untuk menampung sludge dari hasil pemisahan oil dan kotoran.
d.      Oil Furifier
Pada oil purifier ini, bagian air masih dipisahkan dari minyak atas dasar. Minyak hasil sentrifius dikirim ke vacum dryer dan kotorannya di alirkan ke pat- pit. Berfungsi untuk memurnikan minyak yang berasal dari oil tank masakan.
e.       Vacum Driyer
Vacum driver berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air dengan sistem penguapan hampa.
f.       Depercarfer
 Di Pabrik pengolahan PT Manakarra Unggul Lestari Tidak terdapat pengolahan kernel karena nut dikirim ke PT Unggul Widya Teknologi Lestari di baras untuk diolah,Sedangkan fiber digunakan untuk bahan bakar boiler
Depercarfer berfungsi untuk memisahkan sabut dengan nut atau mengeluarkan nut dari sisa fiber yang masih menempel.
g.      Polishing Drum
Di dalam polishing drum, biji akan dibersihkan dari sabut yang masih melekat. Berfungsi untuk menghilangkan sabut – sabut yang menempel di nut dengan cara pengikisan yang bergelinding depericarper sedangkan sabut yang terlepas sewaktu jatuh dari arah sebelah atas drum depercarper.


h.      Stasiun Boiler
Boiler berfungsi untuk memproduksi steam (Uap) yang akan digunakan dalam proses pengolahan dan power house, bahan bakar yang di gunakan boiler yaitu fiber dan shell.
j.        Softened Water Tank
Berfungsi untuk menampung soft water untuk menjaga kontinuitas suplai  air   umpan  ke  boyler serta  untuk persiapan  awal   pada    saat    pemanasan.
k.      Feed Water Tank
Berfungsi untuk menampung air dari softened water tank serta untuk menghindari terjadinya kavitasi pada pompa.
l.        Chemical Dosing Pump
Berfungsi untuk menginjeksikan bahan kimia dengan dosis yang tepat  ke  dalam air baku.
4.2.6.6       Stasiun Power House
       Di dalam stasiun ini terdapat 1 mesin genset,  dan Panel Induk Tegangan Rendah (Low voltage Main Distribution Panel)
a.       Diesel Generator Set (Genset)\
Alat  ini berfungsi sebagai pembangkit tenaga alternative bila turbin uap tidak dapat atau belum beroperasi.
b.      Distribusi Tenaga Listrik
Listrik yang dihasilkan dari diesel kemudian dibagi keseluruh stasiun pabrik yang membutuhkan lisrtrik dan untuk kebutuhan kantor pabrik. Semua system ini dikendalikan dipanel induk.






V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
       Berdasarkan Pengalaman kerja Praktek Mahasiswa yang dilaksanakan di PT Manakarra Unggul Lestari di Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, melalui kegiatan praktek langsung, observasi dan wawancara maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Dari kegiatan pada afdeling Bibitan terutama pada saat pembibitan pre nursery butuh ketelitian dan perhatian yang intensif untuk mengasilkan bibit yang berkualitas tinggi mengigat harga kecambah yang mahal. Agar mungkinkan bibit yang afkir bisa di berkurang.
2.      Pada proses penanaman untuk di lokasi surjan atau tanah gambut dan harus di buatkan tajuk untuk menopang tanaman pada saat angin kencang dan pada saat terjadi banjir tanaman tidak mudah roboh dan hanyut terbawa arus. Apalagi bibit yang di gunakan itu bibit lewat umur ukuran bibit lebi tinggi.
3.      Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) itu jarang dilakukan kastrasi  atau membuang buah busuk. Jadi untuk kegitan kastrasi ini sangat penting karna sangat menpengaruahi kualitas dan kuantitas tandan buah segar (TBS).
4.      Panen sampai pengolahan menjadi CPO dilakukan dengan baik dan memenuhi prosedur, sehingga memberikan produksi yang maksiamal dan memcapai suatu target oleh manajemen.
5.2 Saran
       Dari hasil kegitan praktek dilakukan selama ini ada beberapa hal penting yang harus di sadari oleh orang budidaya, terutama pada proses pemupukan TBM atau TM yang mana selama ini kurang perhatian sehingga kebutuhuhan tanaman akan unsur hara masih belum terpenuhi sehingga tanaman tidak dapat berproduksi secara optimal. Dan untuk orang pabrik pada proses penimbangan mesinkendaraan hasus dalam keadaan mati sehingga tidak berpengaruh pada timbangan.


DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya: Jakarta

Yahya, 1990, prospek kelapa sawit. Agromedia Pustaka: Jakarta
Rustam EL, Agus W  I. 2011. Buku Pintar  Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka: Jakarta

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka: Jakarta

Sunarko  2009. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit, Agromedia Pustaka: Jakarta.


                                                      






Tidak ada komentar:

Posting Komentar