I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia merupakan
produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia setelah mampu menggeser
Malaysia. Kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) dan produk turunannya telah menjadi komoditas perdagangan
internasional yang menyumbang devisa terbesar bagi negara dari ekspor non-migas
tanaman perkebunan. Pengusahaan kebun kelapa sawit nasional dilakukan oleh
perkebunan besar swasta (PBS), perkebunan rakyat (PR), dan perkebunan besar
negara (PBN) telah menyebar di 19 provinsi. Selain sumber penyumbang devisa
bagi negara, kelapa sawit juga berperan dalam meningkatkan pendapatan petani
sekaligus memberikan kesempatan kerja yang luas (Yahya, 1990).
Perkembangan areal tanaman kelapa sawit di Indonesia
mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Indonesia menjadi negara
produsen kelapa sawit terbesar dengan luas areal sebesar 7,07 juta hektar dan produksi CPO mencapai
1.846 juta ton
dengan perincian 2.565.000 hektar merupakan perkebunan rakyat
(PR) dengan produksi 5085.000
ton minyak sawit, 687.000
hektar merupakan perkebunan besar Negara (PBN) dengan produksi sebesar 2.314.000 ton minyak sawit, serta 3.358.000 hektar perkebunan besar swasta (PBS)
dengan produksi sebesar 8.990.000 ton minyak sawit (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2009).
Produksi
CPO Indonesia mengalami peningkatan cukup pesat. Pada tahun 1998 produksi CPO
sebesar 5,9
juta ton meningkat pada tahun 2008 menjadi 17,5 juta ton sehingga menjadikan Indonesia
sebagai negara penghasil CPO terbesar di dunia. Meskipun demikian, Indonesia
belum bisa memenuhi permintaan pasar terhadap minyak kelapa sawit dunia yang
mencapai 33.7 juta ton pada tahun 2008. Jumlah ekspor untuk produk kelapa sawit
Indonesia berupa CPO dan produk turunannya mencapai lebih dari 18.1 juta ton pada tahun 2008 dan menghasilkan devisa
lebih dari US$ 14 milyar (Direktur Jendral Perkebunan, 2009). Hal ini
menunjukkan bahwa prospek usaha kelapa sawit masih sangat baik.
Pencapaian hasil produksi kelapa sawit yang tinggi
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : faktor lingkungan, faktor genetik
dan teknik budidaya. Faktor
lingkungan meliputi iklim, dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi
penggunaan bahan tanam/varietas tanaman kelapa sawit yang unggul. Teknik
budidaya kelapa sawit merupakan faktor
yang penting dalam memaksimalkan potensi produksi kelapa sawit. Teknik
budidaya yang tidak sesuai dengan standar rekomendasi dapat mempengaruhi
produksi tandan buah segar (TBS). Sebagai contoh akibat kesalahan pemupukan
dapat menurunkan produksi TBS hingga 13%
dari produksi normal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Dengan produksi yang
tinggi, CPO yang dihasilkan juga akan tinggi sehingga dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan.
Kelapa sawit adalah penghasil minyak nabati yang
dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan
dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan
tersebut di antaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa
kolesterol. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit
berupa minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan
minyak inti sawit (PKO atau palm kerner oil) yang tidak berwarna. CPO atau PKO
banyak digunakan sebagai bahan industri pangan, industi sabun, industri baja,
industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Memperoleh
pengalaman dan kemampuan kerja baik secara teknis di lapangan maupun
manajerial, meningkatkan keterampilan penulis dalam memahami proses kegiatan
kerja di perkebunan kelapa sawit secara nyata,
Kegunaan dari
kegiatan Pengalaman kerja praktik mahasiswa ini untuk menambah wawasan serta
meningkatkan keterampilan mahasiswa dan diharapkan menjadi sumber informasi serta bahan kajian berdasarkan teknik pengelolaan kelapa sawit pada PT Manakarra Unggul Lestari.
II.
KEADAAN UMUM LOKASI
2.1 Sejarah
Perusahaan
PT. Manakarra
Unggul Lestari (PT.MUL) merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Perusahaan tersebut mulai berdiri pada tanggal 1 agustus 1997 oleh Bapak
Tjungwanara Njoman yang bermitra dengan pemerintah tingkat II Mamuju. Pemda
mamuju menyiapkan lahan sampai dengan izin lokasi dan Hak Guna Usaha kepada PT.
Manakarra Unggul Lestari.
2.2 Keadaan
Umum Perusahaan
2.2.1
Letak
Administratif Perusahaan
PT. Manakarra unggul Lestari berada didesa
kakulasang dan desa Leling Kecamatan Tommo Kabupaten mamuju yang berjarak 100
km dari ibukota Propinsi Sulawesi barat, Mamuju . Kebun PT. Manakarra Unggul
Lestari memiliki batas- batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah
Utara berbatasan dengan Kecamatan Tobadak.
b. Sebelah
Selatan berbatasan dengan desa Kakullasan
c. Sebelah
Timur berbatasan dengan hutan milik Negara.
d. Sebelah
Barat berbatasan dengan desa Malino
2.2.2
Iklim
Curah hujan selama 5
tahun terakhir kebun PT. Manakarra Unggul Lestari berkisar 3000 – 6000 mm,
beriklim basah, suhu rata-rata adalah 24 – 32oC dengan kelembaban relative
udara 80-90%. Penyebaran curah hujan bulanan dikebun PT. MUL umumnya merata
selama priode 6 (enam) tahun terakhir.
2.2.3
Topografi
dan tanah
Keadaan topografi terbagi menjadi dua wilayah. Untuk
wilayah kebun PT. MUL Desa Kakulasan memiliki keadaan topografi datar dan
wilayah kebun di Desa Leling memiliki tofografi bergelombang hingga berbukit.
Jenis tanah terdiri dari mineral dan podsolik merah
kuning kedalaman efektif tanah lebih besar dari 100 cm dengan kesuburan tanah
rendah sampai sedang dan pH tanah berkisar antara 5-6. Kelas keseuaian lahan
secara actual adalah kelas lahan S2 sampai S3.
2.3 Visi
Dan Misi
2.3.1 Visi
“Menjadi
perkebunan kelapa sawit yang unggul dan lestari”
2.3.2
Misi
1. Mengedepankan tata kelola perusaha yang bersih
danpotensial.
2. Memperbaharui kualitas dan keterampilan sumber daya
manusia.
3. Menghasilkan produk dengan kualitas unggul.
4. Peduli pada kualitas lingkungan dan kesejatraan
masyarakat sekitar.
2.4 Struktur
Organisasi
PT. Manakarra
Unggul Lestari dipimpin
oleh seorang General Manager yang membawahi Site Manager
dan dalam kegitan sehari-hari dibantu oleh :
a. Asisten
kepala kebun, secara operasional mengkoordinasi dan pengawasan tanaman serta
membawahi asisten dan mandor yang bertanggung jawab dalam satu afdeling.
b. Asisten
kepala pabrik, secara operasional membawahi Asisten Pengolahan, Asisten
Laboratorium, Kasie Pabrik, Mandor serta staff dan Karyawan Pabrik.
c. Kepala
Kasie, bertugas membantu Manager dalam melaksanakan kegiatan tata usaha,
keuangan SDM, dan alat transportasi.
d. Kepala
personalia bertugas membantu Manager dalam humas umum , penerimaan karyawan dan
sk karyawan.
e. Asisten kebun
mebertugas untuk mementau afdeling, memberi pengarahan kepada kerani ,mandor dan tenaga kerja tentang
pekerjaan kebun.
f. Mandor,
bertugas untuk mengawasi Mutu pekerjaan, Tenaga kerja dan Laporan harian
III. METODE PKPM
3.1
Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan Pengalaman kerja praktik mahasiswa (PKPM) ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 – April
2015,
yang bertempat di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Manakarra
Unggul Lestari di Desa Kakulasang Dan Desa
Leling,
Kecamatan
Tommo, Kababupaten Mamuju, Provensi
Sulawesi Barat.
3.2 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan PKPM adalah dengan cara terlibat langsung dalam
kegiatan harian dikebun dan pabrik PT Manakarra Unggul Lestari.
Beberapa
metode yang diterapkan selama kegiatan PKPM berlangsung adalah sebagai berikut:
1.
Orientasi
lapangan
Yaitu
mengenali kondisi lapangan yang digunakan selama melakukan kegiatan PKPM.
2.
Praktik
Langsung Kelapangan
Yaitu
terlibat secara langsung dengan pekerjaan dilapangan bersama asisten lapangan,
personil hingga tenaga kerja lainnya.
3.
Diskusi
Pelaksanaan
kegiatan diskusi dilakukan bersama para asisten,kerani dan mandor. Hal ini
dilakukan untuk menambah pengetahuan dan sebagai sarana konsultasi tentang
berbagai masalah yang muncul dilapangan serta pemecahannya.
Beberapa metode
pengumpulan data agar didapat data-data yang objektif, diantaranya sebagai
berikut:
a.
Wawancara
Metode dengan
melakukan tanya jawab secara langsung baik secara formal maupun non formal,
atau tanpa kesengajaan pada saat santai kepada narasumber yang mempunyai
informasi akurat dan terpercaya serta sesuai dengan data dilapangan.
b.
Observasi
Teknik pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan selama pelaksanaan
kegiatan PKPM di PT Manakarra Unggul Lestari.
c.
Study
pustaka
Metode pengumpulan
data dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan
topik kajian serta pekerjaan dikebun dan pabrik PT Manakarra Unggul Lestari
agar dapat dilakukan analisa data-data tertulis sebagai keperluan kelengkapan
laporan.
IV. HASIL PEMBAHASAN
4.1
HASIL
Adapun hasil
kegiatan yang dilaksanakan di PT Manakarra Unggul Lestari ditunjukkan pada
tabel rekapitulasi kegiatan PKPM berikut ini.
Tabel 1 : Rekapitulasi
hasil kegiatan Pengalaman Kerja
Praktik
Mahasiswa
di PT. Manakarra Unggul Lestari Sulawesi Barat.
Kelompok
Kegiatan
|
Uraian
Kegiatan
|
Bentuk Kegiatan
|
Pembibitan Awal
(Pre Nursery)
Pembibutan Utama
(Main Nursery)
|
−
Pembuatan
Bedengan
−
Persiapan
Media Tanam, Pengisian Babybag
−
Penanaman
Kecambah
−
Pembuatan Saluran Drainase
−
Penyiraman
Dan Penyiangan
−
Pengendalian
Hama Dan Penyakit
−
Pemupukan PN
−
Seleksi Bibit Pre Nursery
−
Perlakuan Bibit Lewat Umur
−
Sanitasi di MN
|
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
−
Teori
−
Teori
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
|
Penanaman
|
−
Perlakuan bibit
−
Langsir Bibit
−
Pembuatan Lubang Tanam
−
Menanam
−
Penanaman LCC
|
−
Teori
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
−
Teori
|
Pemeliharaan TBM
|
−
Penyulaman
−
Pengendalian
gulma
−
Pengelolaan
hara
−
Identifikasi dan pengendalian HPT
−
Persiapan menjelang panen
|
−
Teori
−
Praktik
−
Teori
−
Teori
−
Teori
|
Pemeliharaaan TM
|
−
Pemupukan
−
Pengendalian
gulma
−
Pengendalian HPT
−
Pruning
−
Perawatan
jalan pikul
|
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
|
Panen dan
penangan hasil panen
|
−
Kriteria
Matang Panen
−
Taksasi
Produksi
−
Rotasi panen
−
Alat dan
pengangkutan panen
−
Pelaksanaan
panen
−
Prestasi panen
|
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
−
Praktik
−
Teori
|
Pengolahan kelapa sawit
|
−
Pengolahan
buah sawit
menjadi CPO
|
−
Kunjungan
|
Sumber.
Data primer setelah di olah 2015
4.2 Pembahasan
4.2.1
Pembibitan
Pembibitan
dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan. Pembibitan satu
tahap atau single stage berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di
polibag besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pebibitan dua tahap atau double stage artinya
penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih dahulu menggunakan polibag kecil serta
naungan, kemudian dipindahkan ke main
nursery ketika berumur 3-4 bulan
menggunakan polibag yang lebih besar (Dalimunthe, 2009).
Pembibitan dua tahap (double stage) ini yang di gunakan di PT
ManakarraUnggul Lestari karna lebih banyak memiliki keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika menggunakan pembibitan dua
tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat
naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi
mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara langsung sehingga
risiko kematian tanaman menjadi kecil.
Jika menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag
besar), luas areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak
efektif. Selain itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit
karena tidak semua tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009).
4.2.1.1
Pembibitan Awal (pre nursery)
Pre nursery merupakan
pembibitan awal dengan mengunakan
bebybag dimana
kecambah pertama ditanam selama 3 bulan sampai bibit tersebut mempunyai 3-4 helai daun dan
bibit siap untuk di transplanting ke pembibitan utama (main
nursery).
Tujuan
dari bibitan pre nursery yaitu
mempermudah pemeliharaan dengan
mengoptimalkan pengawasan lapangan
dan terjadi proses seleksi bibit. Kegiatan yang ada
pada tahap Pre Nursery yaitu:
4.2.1.1.1 Pembuatan
bedengan
Bedengan
yaitu areal yang di bentuk sedemikian rupa untuk tempat Meletakkan polybag,
dengan permukaan tanah bedengan lebih
tinggi daripada permukaan tanah
antar bedengan. Ukuran bedengan di perusahan ini yaitu 120 cm X 20 Meter dan jarak antar
bedengan 70 cm. Disepanjang pinggir bedengan dipasang kayu atau papan untuk menahan polybag agar tidak rubuh agar terlihat rapi dan bersih.
Proses pembuatan
bedengan dapat di lihat pada (gambar 1.)
Gambar 1. Pembuatan
bedengan.
4.2.1.1.2 Persiapan
media tanam dan Pengisian babybag
Media
yang di gunakan adalah media tanah adapun tanah yang digunakan adalah tanah mineral lapisan atas ( top soil) yang tidak bercampur kerikil atau batu. Tanah diambil dan dipindahkan keareal
pembibitan dengan menggunakan truck
dan lori jika sudah ada di lokasi pembibitan
Tekstur tanah yang baik
adalah :
a
Lempung berliat
b
Mempunyai aerase
yang baik
c
Untuk tanah
mineral dengan kandungan liat yang tinggi, dapat dicampur dengan pasir dengan
perbandingan 3 : 1 (liat: pasir )
d
Tidak boleh
menggunakan tanah gambut, dan kalau terpaksa, maka harus
dicampur dengan tanah mineral dengan perbandingan 3 :1 (gambut : mineral)
e
Tanah mineral
diayak dengan ayakan 1 cm, untuk memisahkan bongkahan- bongkahan tanah dan kerikil.
f
Tanah yang telah
diayak dicampur dengan pupuk Rock Posphate sebanyak 10 gram per kg tanah.
g
Tanah yang telah
diayak dan telah dicampur dengan pupuk RP, diisikan ke dalam baby polybag
sampai hampir penuh ( berat sekitar 1 kg/polybag)
h
Polybag yang
telah diisi tanah ayakan dan campuran RP, disusun dalam bedengan dengan
ketentuan : 10 baby polybag per baris dengan panjang tergantung pada
jumlah bibit per kelompok persilangan.
Pengisian
babybag dilakukan
dengan mengisi Babybag
dengan tanah dan pengisiannya harus sedikit demi sedikit sampai penuh. Dalam
melakukan pengisian usahakan diguncang
agar polybag tidak membungkuk, hal ini bertujuan agar tanah pada
babybag
padat sehingga tidak mudah rubuh. Setelah pengisian selesai babybag disusun di bedengan yang telah
disiapkan. Persiapan media
tanamdan pengisian polybag dapat di lihat pada (gambar 2).
Gambar
2. Persiapan media tanam dan pengisian
polybag
1.
Penanaman Kecambah
a.
Adapun Penanganan kecambah kelapa sawit sebelum penanaman di bebybag.
1. Kecambah yang diterima, harus segera ditanam hari itu.
2. Sebelum penanaman kecambah, maka, harus dibuka lebih dahulu
plastiknya, Pisahkan sesuai kelompok
persilangannya, Sebelum ditanam terlebih dahulu
direndam dalam air yang sudah diberi fungisida Dithane 100 gram dalam 5 liter
air per 50.000 kecambah.
3. Penanaman kecambah diusahakan perkelompok persilangan
4. Sebelum ditanaman, harus diseleksi lebih dahulu. Kecambah yang
abnornal/patah harus diafkir. Ciri- ciri kecambah yang normal yaitu. Pucuk jelas, Radicula jelas, Pucuk dan radicula dapat dibedakan, Pucuk
agak meruncing, Radicula agak tumpul.
b. Cara penanaman kecambah kelapa sawit di PT Manakarra Unggul Lestari sebagai berikut :
1. Buat lubang ukuran 2-2,5 cm tepat di tengah- tengah baby polybag dengan
menggunakan kayu
2. Letakkan kecambah dengan posisi yang benar, bagian akar/radikula bagian bawah dan pucuk/plamula menghadap ke atas
3. Timbun kembali kecambah yang sudah ditanaman dengan tanah yang sudah
diayak dengan ketebalan 1-1,5 cm dan tidak
boleh ditekan
4. Kecambah yang tidak jelas antara akar dan pucuk, ditanam dengan meletakkan bagian besar di
bawah dan bagian kecil di bagian atas
5. Kecambah yang rikulanya terlalu panjang, dapat
dipotong sekitar 5 ( lima ) cm dari pangkalnya, baru ditanam
6. Selesai penanaman, papan label harus segera dipasang
7. Kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman kecambah adalah 1500-2000 kecambah
per HK.
Gambar 3. Penanaman kecambah kelapa
sawit
2.
Pembuatan saluran drainase
Pembuatan saluran drainase ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya genangan air pada areal pembibitan yang
dapat menimbulkan munculnya hama dan penyakit teruatama pada musim hujan.
Pembuatan drainase di PT MUL dapat di lihat pada (gambar
4).
Gambar 4. Pembuatan saluran drainase
3.
Penyiraman
dan Penyiangan
Penyiraman yang
dilakukan di PT Manakarra
Unggul Lestari menggunakan system manual dengan cara menyiram polybag satu
persatu dengan menngunakan selang
sampai air dalam polybag mencapai air kapasitas lapang.
Penyiraman dilakukan pada pagi hari dan sore hari jika curah hujan kurang
>10 mm, dan apabila
curah hujan melebihi <10 mm
maka tidak dilakukan penyiraman.
Penyiangan
adalah kegiatan pengendalian gulma diluar bedengan maupun didalam polybag.
Penyiangan harus dilakukan secara manual dengan rotasi 2 minggu sekali.
Penyiangan tidak dianjurkan secara kimia karena dapat menyebabkan bibit abnormal atau mati. Kegiatan penyiangan gulma dapatdi lihat pada (gambar 5).
Gambar 5. Penyiangan
gulma di bebybag
4.
Pengendalian
hama dan penyakit
Serangan
hama dan penyakit selama di prenursery biasanya belum ada. Jika ada, dapat diberantas
dengan diambil menggunakan tangan (hand picking). Serangan penyakit yang
berasal dari sejenis jamur dapat dikendalikan dengan fungisida yang banyak
dijual di pasaran, seperti Dithane, Sevin, dan Anthio dengan dosis sesuai yang
dianjurkan (Sunarko, 2009).
Hama yang terdapat
di PT MUL sebelumnya adalah hama tikus, adapun cara pengendaliannya pada bibit dilakukan dengan
memasang umpan dengan bahan Klerat
0,005 BB
disekitar bibit yang terserangan hama tikus. Penyakit yang terdapat pada bibitan kelapa sawit yaitu
karat daun atau antraknosa, Penyakit antraknosa
merupakan sekumpulan nama infeksi pada daun bibit-bibit muda, yang disebabkan
oleh 3 genera jamur patogenik, yaitu Botryodiplodia spp., Melanconium elaeidis
dan Glomerella cingulata. Pengendalian yang dilakukan yaitu secara kimiawi dengan menyemprotkan
fungisida dithane -45WP dengan
campuran bahan perekat SANVI 120 SL dan pemotongan daun yang telah terinfeksi
penyakit karat daun
5.
Seleksi
bibit
Seleksi bibit yaitu memisahkan bibit yang normal dan abnormal dan dilakukan pada saat bibit dipindahkan ke main nursery. Seleksi bibit di prenursery bertujuan untuk mencari bibit yang menyimpang. Bibit
menyimpang dapat diakibatkan oleh faktor genetis, kerusakan mekanis, serangan
hama dan penyakit, serta kesalahan kultur teknis.
Saat berumur tiga bulan, bibit kelapa sawit yang normal biasanya berdaun 3 - 4 helai dan
telah sempurna bentuknya. Pengurangan bibit sejak kecambah diterima hingga
dipindahkan ke main nursery dapat
mencapai 12% atau lebih. Bibit yang mati terlebih dahulu harus dikeluarkan,
kemudian bibit yang abnormal masih disimpan di pembibitan pre nursery dan di berikan perlakuan kecuali
bibit yang terserang hama dan penyakit sudah 100% terserang maka bibit tersebut
dimusnahkan. Ciri bibit
kelapa sawit tidak normal sebagai berikut:
1.
Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow leaves)
2.
Anak daunnya bergulung kearah longitudinal (rolled leaves)
3.
Pertumbuhan bibit memanjang (erreted), terputar (twisted
shoot), tumbuh kerdil, lemah, dan lambat (insufficient growth, dwarfish).
4.
Daunnya kusut (crinkled),
anak daun tidak mengembang, membulat, dan menguncup (collante)
5.
Rusak karena serangan penyakit tajuk (crown disease).
Bibit normal Bibit Kerdil Bibit diploid
normal
Bibit Menggulung Bibit daun lalang Bibit Terputar
Gambar
6. Beberapa bibit yang diseleksi
4.2.1.2
Pembibitan Utama (main
nursery)
4.2.1.2.1
Sanitasi
Sanitasi
adalah kegiatan pembersihan lahan dari sisa – sisa potongan pelepah hasil
toping, plastik polybag, di areal pembibitan main nursery, pembersihan ini
dilakukan dengan cara membakar tumpukan pelepah yang telah di kumpulkan.
Sanitasi dapat di lihat pada (gambar 7).
Gambar 7. Sanitasi
di areal main nursery
4.2.1.2.2
Perlakuan Bibit
Lewat Umur (toping)
Toping merupakan
kegiatan pemangkasan bibit di pembibitan main nursery dengan cara memotong
seluruh pelepah secara merata dengan ketinggian 1/5 meter dari pangkal batang,
dan dilakukan pada umur bibit 1/5 – 2
tahun. Dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Agar
bibit kelapa sawit tidak mudah rebah/tumbang yang mengakibatkan pertumbuhan
bibit bengkok.
2. Ketika
akan dilakukan pelangsiran ke lokasi penanaman,
menjaga agar pucuk tidak patah yang bisa mengakibatkan bibit tersebut
busuk dan mati.
3. Mempermudah
pelangsiran bibit ke lokasi
penanaman.
Hal hal yang perlu di perhatikan dalam kegiatan toping
ini yaitu :
a.
Pelepah pada bagian bawah dan atas harus
di potong rata jika tidak, selain batang tanaman kecil produksinya pun tidak
optimal.
b.
Hasil potongan pelepah harus di susun dengan
baik pada bagian bawah pada jalur tanaman.
c.
Alat yang digunakan harus tajam. Toping pada dapat di lihat pada (gambar 8).
Gambar 8. kegiataan
toping
4.2.2 Penanaman
Bibit yang ditanam dilapangan
adalah bibit hasil
seleksi di main nursery yang berumur 12 – 14
bulan . Berikut ini merupakan kegiatan yang termasuk dalam kegiatan yang
termasuk dalam tahapan penanaman kelapa sawit di PT Manakarra Unggul Lestari.
4.2.2.1 Perlakuan
bibit
Perlakuan bibit yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pengangkutan bibit ke
lapangan untuk melakukan penanaman, ada beberapa hal yang perlu dikerjakan sebelum bibit dibawa ke lapangan antara lain :
c. Toping
Sebelum
bibit di toping terlebih dahulu seleksi bibit, setelah itu di potong pelepahnya
agar tidak patah pada saat pengangkutan, proses toping ini dilakukan pada bibit
lewat umur.
d. Pemuntiran bibit
Sebelum dibawa ke lapangan, large polybag diputar 180⁰ dan pastikan tidak ada akar bibit yang menembus largebag dan jika masih ada
di potong dengan mengunakan parang.
e. Penyiraman bibit
Sebelum diangkut ke lapangan, maka bibit terlebih dahulu disiram sampai tanah dalam large polybag jenuh agar pada proses pengangkutan
tanah pada largebag tidak hancur.
f. Sistem pemindahan
Bibit dipindahkan ke lapangan perkelompok bibit. Karena itu Estate
Manager/ Askep harus menyusun program penanaman( peta penanaman), untuk
mengidentifikasi setiap jenis bibit yang ditanam. Sedapat mungkin satu blok
ditanami satu jenis bibit ( satu jenis persilangan). Kegatan di atas dapat dilihat pada
(gambar 9).
Gambar
9. Proses toping, pemuntiran bibit lewat
umur.
4.2.2.2
Langsir Bibit
Langsir bibit adalah mengangkut
bibit keajir tanaman, proses langsir bibit dilakukan satu persatu dan di bagikan pada setiap ajir dengan cara dipanggul. Pengangkatan harus dilakukan pada bola tanahnya secara
hati-hati agar tidak terjadi kerusakan bibit. Pengangkatan sebaiknya tidak
dilakukan pada leher akarnya karena bisa menyebabkan bibit”patah pinggang”.
Bibit harus diangkat dalam keadaan berdiri dan bagian bawa ditopang dengan
bahu. Saat meletakkan bibit di sisi lubang, harus dilakukan dengan hati-hati
dan jangan dibanting (Pahan,2008)
B.1
\
Gambar
10. Proses
kegiatan langsir bibit.
4.2.2.3 Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 60 cm (lebar atas, lebar bawah dan kedalaman),Namun di PT Manakarra Unggul
Lestari lubang tanam dibuat dengan ukuran polibag dikarenakan biaya pembuatan
lubang tanam sangat besar. Dalam pembuatan lubang tanam, tanah lapisan atas dan
tanah lapisan bawah harus dipisahkan. Tanah top
soil sebelah utara dan tanah sub soil sebelah selatan atau juga bisa sebaliknya,
dengan tujuan supaya lubang tanam dapat terkena sinar matahari secara
menyeluruh sehingga dapat membunuh bakteri dan penguapan zat beracun yang
terkandung didalamnya. Biasanya di PT MUL, Dalam pembuatan lubang
tanam dilakukan dengan sistem borongan, Upah langsir bibit,
buat lubang tanam sekaligus tanam Rp 3000/lubang tanah.
Gambar 11. Pembuatan lubang tanam
4.2.2.4
Penanaman
Penanaman bibit harus dilakukan secara hati-hati dan tidak
dibenarkan memotong pelepah Yang masih hidup karena dapat mengganggu
pertumbuhan vegetatif tanaman itu sendiri. Pelaksanaan kegiatan penanaman erat
kaitannya dengan ketersediaan air tanah, sehingga kegiatan pada awal musim
hujan merupakan
waktu yang paling baik untuk menanam bibit sawit dilapangan. Susunan jarak
tanam akan menentukan kerapatan tanaman dan selanjutnya akan menentukan
produksi tanaman kelapa sawit.
Gambar
12. Proses Penanaman
4.2.2.5
Penanaman Tanaman
Penutup Tanah (Legume
Cover Crop)
Tanaman penutup tanah
atau tanaman kacangan ( Legume Cover Crop
) pada areal tanaman kelap sawit sangat penting karena dapat menekan
pertumbuhan gulma, menjaga
kelembaban tanah, menghemat biaya
penyiangan, menambah bahan organik atau unsur hara dalam tanah dan mencegah terjadinya erosi. LCC ditanam
dalam bentuk bibit yang berpolybag penanaman dilakukan dengan cara membuat
lubang tanam sesuai ukuran polybag, dan lubang tanam di campur dengan pupuk rock
phosphate(RP), lepas polybag
dengan hati – hati agar tanah dalam polybag tidak hancur, masukan bibit kedalam
lubang tanam yang telah di sudah siap, kemudian bibit yang sudah di
tanam di siram dan berikan tajuk pada tanaman sebagai tanda. LCC ditanam
dengan jarak tanam 1 - 2 meter
baik dalam gawangan maupun dalam barisan, jenis LCC yang di budidayakan adalah Mucuna
brakteata.
Gambar 13. Mucuna brakteata.
4.2.3 Pemeliharaan
Tanaman Belum Menghasikan (TBM)
4.2.3.1 Penyulaman
Penanaman dilakukan secara tuntas dalam satu blok.
Setelah penanaman, dilakukan kegiatan sensus yang bertujuan untuk memeriksa
tanaman yang tidak tumbuh atau tidak normal pertumbuhannya sebagai dasar
kegiatan penyulaman. Penyulaman dilakukan seperti pada saat penanaman dengan
menggunakan bibit yang sama.
4.2.3.2 Pengendalian
Gulma
Pengendalian
gulma dilakukan pada piringan, jalur
pikul,dan
gawangan mati pada
tanaman kelapa sawit. Tujuan pengendalian ini untuk menghindari persaingan
antara tanaman kelapa sawit dengan gulma serta memudahkan pekerjaan
pemeliharaan lainnya. Metode pengendalian gulma yang kami lakukan diantaranya :
a. Metode
manual, dengan cara membabat
mengunakan parang dan sabit.
b. Metode kimiawi (Menggunakan Herbisida).
Metode
kimiawi dengan menyemprotkan Herbisida Prima Up dan mengunakan konjugat prilly dengan frekuensi 120 – 150 cc tergantung
jenis gulma, Penyemprotan dilakukan pada piringan tanaman dengan
jarak ± 3 meter dari tanaman pokok sedangkan penyemprotan jalan pikul dilakukan
sejauh panjang lahan dan lebar ± 4 meter.
4.2.3.3
Pengelolaan
Hara
Pengelolaan hara bertujuan untuk menyediakan unsur
hara kembali pada tanah guna memicu pertumbuhan vegetatif dan generative
tanaman kelapa sawit. Kegiatan pengelolaan hara meliputi pemupukan, aplikasi
tandan kosong, penanaman tanaman penutup tanah, dan aplikasi limbah cair.
Pemupukan
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang
berpengaruh besar terhadap Pertumbuhan dan produksi tanaman adalah
pemupukan.Pemupukan berpengaruh terhadap meningkatnya kesuburan tanah dan
melengkapi ketersediaan unsur hara di dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan
tanaman.
Di PT.Manakarra Unggul Lestari Kegiatan pemupukan
yang dilakukan pada tanaman
TBM berupa pemupukan Urea dan
juga pemupukan KCL. Pada
pemupukan Urea dan pemupukan
KCL terlebih dahulu dilakukan pembersihan piringan pada tanaman kelapa sawit
yang selanjutnya pupuk di ecer/Diletakkan pada titik tertentu dengan
menggunakan jonder/traktor. Adapun dosis yang dipakai adalah 1,5 kg/Tanaman
dengan cara ditabur langsung pada piringan tanaman dengan jarak penaburan :
a
TBM 0 = 30 -
50
Cm
b
TBM I = 50 - 100
Cm
c
TBM II = 100 -
150
Cm
d
TBM III =
150 - 200
Cm
4.2.3.4 Identifikasi
dan pengendalian HPT
1. Ulat
Api (Setothosea asigna)
Disebut
ulat api karena punggungnya berbulu kasar,kaku dan beracun.Racunnya keluar dari
bulu kasar tersebut berupa cairan yang jika terkena tangan terasa gatal dan
panas.Serangan ulat api (ulat pemakan daun kelapa sawit) menyebabkan tanaman
kehilangan daun (defoliasi) sehingga berpengaruh terhadap penurunan produksi. Adapun pengendalian yang dilakukan yaitu
secara biologis dengan penanaman tanaman Turnera
subulata di sisi pinggir jalan-jalan blok perkebunan kelapa sawit,
Instar/sari madu dari
tanaman tersebut
berguna sebagai bahan makanan bagi predator ulat api (Eocanthecona furcellata Wolff)
Gambar
14. Ulat Api (Setothosea
asigna) dan Tanaman Turnera subulata
2.
Tikus semak belukar (Rattus tiomanicus)
Tikus Tergolong mamalia.Tikus dewasa mampuberanak
tiap 2 bulan sekali dengan jumlah anak dapat mencapai 10 ekor tiap kali
beranak. Hama ini menyerang tanaman pada semua umur,mulai dari pembibitan
hingga tanaman menghasilkan. Pada tanaman belum benghasilkan (TBM) tikus
menyerang buah mentah Apabilah menyerang
titik tumbuh, dapat menyebabkan kematian.
Adapun pengendalian yang dilakukan yaitu
metode kimiawi dengan pemberian Rodentisida (Klerat).
ti
|
Gambar 15. Gejala
serangan tikus
4.2.3.5 Persiapan Menjelang Panen
Adapun kegiatan
yang dilakukan dalam persiapan menjelang panen adalah sebagai
berikut :
4.2.3.5.1 Sanitasi
Sanitasi merupakan
kegiatan membersikan pokok dari pelepah kering dan bunga/buah busuk yang
dilakukan pada saat menjelang panen. Tujuannya untuk menjaga kebersihan
disekitar bagian tanaman sehingga serangan hama dan penyakit dapat dicegah.
4.2.3.5.2 Kastrasi
Kegiatan pembuangan bunga baik itu bunga
jantan maupun betina sering disebut dengan istilah “kastrasi”. Pada dasarnya
kastrasi dilakukan pada tanaman
yang berumur 30 bulan . Tujuan kastrasi yaitu untuk
memfokuskan tanaman pada pertumbuhan vegetatif sehingga pertumbuhan batang
menjadi lebih optimal serta menyeragamkan pertumbuhan buah. Pelaksanaan
kastrasi di PT Manakarra Unggul Lestari belum begitu sempurna karena kadang
terjadi keterlambatan bahkan ada yang tidak di kastrasi.
Hal ini disebabkan ketersediaan tenaga kerja yang terbatas.
4.2.3.5.3 Pembuatan tempat pengumpulan hasil
(TPH)
TPH merupakan tempat pengumpulan
hasil panen yang biasa
dibuat saat menjelang panen. Ukuran TPH 3 m x 4 m. Dilahan datar. TPH dibuat 1 : 3 artinya 1 TPH untuk 3 baris tanaman.
4.2.3.5.4 Persiapan tenaga dan peralatan
panen
Sebelum masa panen tiba tenaga
pemanen harus dipersiapkan jauh-jauh hari sehingga kastrasi dapat dilakukan
oleh calon pemanen tersebut. Kebutuhan pemanen tergantung luas blok di setiap divisi. Peralatan panen
seperti dodos, gancu,egrek dan batu asa
disediakan oleh pihak perusahaan.
4.2.3.5.5 Pengerasan jalan
Pengerasan jalan sangat perlu
dilakukan karena untuk menunjang pengangkutan hasil panen kepabrik. Pengerasan
jalan dilakukan dengan menggunakan sirtu (pasir
dan batu) kemudian dipadatkan ,menggunakan compactor. kedua sisinya perlu digreder agar
permukaan jalan menjadi cembung sehingga apabila turun hujan air tidak
mengenang pada jalan dan air tersebut dapat langsing masuk ke parit yang ada
disamping jalan.
4.2.4 Pemeliharaan
Tanaman Menghasilkan (TM)
4.2.4.1
Penyiangan
Pemberantasan gulma atau penyiangan dilakukan karena
dapat merugikan tanaman pokok,bahkan menurunkan produksi.Gulma dapat
berkompetisi dengan tanaman pokok dalam memperoleh air,unsur hara,cahaya,maupun
CO2. Selain itu,gulma dapat berperan sebagai tanaman inang bagi hama
dan penyakit.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan membabat
langsung gulma disekitar gawangan
mati
dengan menggunakan sabit dan parang.
4.2.4.2
Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan dengan menggunakan pupuk MOP (KCl), NPK Baumax, Mahkota Borate
pada Tanaman Mengghasilkan (TM).Adapun dosis yang digunakan 1,5 kg/tanaman dengan jarak dari pangkal batang tanaman 1,5 meter.
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang
optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan
analisis tanah dan daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka
ketersediaan unsur – unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui
dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga.
Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap jenis –
jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus
diaplikasikan.(Sunarko,2009).
Gambar 16. Proses
pemupukan.
4.2.4.3
Pengendalian Gulma
Pengendalian
gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM) sama dengan pengendalian gulma pada
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).Dalam Kegiatan Pengendalian gulma pada Tanaman
Menghasilkan(TM). Yang dilakukan adalah metode kimiawi dengan penyemprotan
Herbisida (PRIMA UP)
dan mengunakan conjugat, Prilly Pada
gulma Lalang (Imperata cylindrica).
Pengendalian
Gulma lalang yang dilakukan ada 2 yaitu :
·
Spot
Kegiatan
spot merupakan kegiatan pengendalian gulma lalang dimana pertumbuhannya hanya
tinggal di beberapa titik di lokasi perkebunan kelapa sawit. Kegiatan Ini
dilakukan dengan cara menyemprot gulma dengan menggunakan cap.
·
Wiping
Kegiatan
Wiping merupakan kegiatan pengendalian gulma lalang yang dilakukan setelah
kegiatan spot/gulma dari sisa kegiatan spot. Di semprot dengan konsentrasi 1
atau setara dengan 10 cc Herbisida
kontak/liter air. Kegiatan wiping ini dilakukan secara manual dengan
mengoleskan langsung herbisida kontak ke gulma lalang dengan menggunakan kain.
4.2.4.4
Pruning
Pruning
merupakan kegiatan membuang pelepah tua dan kering yang sudah tidak produktif. Pruning dilakukan untuk mendapatkan
jumlah pelepah yang ideal sesuai dengan umur tanaman sehingga proses
fotosintesis dapat optimal. Alat yang digunakan untuk pruning berupa dodos (untuk tanaman umur 5 – 8 tahun), dan egrek
(untuk tanaman > 9 tahun ).
Di PT Manakarra Unggul Lestari biasanya untuk pruning itu dilakukan pada saat
proses panen dengan cara turun buah TBS maka turun pelepah yang sudah layak
untuk di pruning dan menyisakan songgo yang telah di tentukan.
4.2.4.5
Perawatan Jalan
Kegiatan
perawatan jalan sama saja dengan perawatan jalan pada TBM yaitu dilakukan agar
jalan mudah digunakan/dilalui untuk melakukan kegiatan pemeliharaan ataupun
kegiatan panen. Adapun perawatan jalan dilakukan pada jalan yang ditumbuhi
banyak gulma dengan menggunakan dozer.
Gambar
17. perawatan
jalan.
4.2.5 Panen Dan Penanganan Hasil Panen
4.2.5.1
Kriteria
Matang Panen
Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat
dari perubahan warna buah kelapa sawit. Buah sawit yang masih berwarna hitam(nigrenchens), akan berubah warna menjadi
merah kekuning-kuningan (orange).
Kriteria kematangan buah merupakan penggolongan buah matang kedalam beberapa
golongan(fraksi) berdasarkan persentase buah yang telah membrondol. Kriteria
kematangan tersebut dibagi menjadi 6 fraksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada table berikut.
tabel 2. Fraksi
buah berdasarkan tingkat kematangan
Jenis Fraksi Buah
|
Kematangan Tandan Buah Segar (TBS)
|
Fraksi
00
|
Buah sawit sangat mentah,
berondolan 0 %
|
Fraksi
0
|
Buah sawit mentah,brondolan 1
sampai 12,5 %
|
Fraksi
1
|
Buah sawit kurang matang,
brondolan 12,5 sampai 25 %
|
Fraksi
2
|
Buah sawit matang I, brondol 25
sampai 50 %
|
Fraksi
3
|
Buah sawit matang II, brondol 50
sampai 75 %
|
Fraksi
4
|
Buah sawit lewat matang I, brondol
75 sampai 100 %
|
Fraksi
5
|
Buah
sawit lewat matang II, buah sawit bagian dalam ikut membrondol
|
Fraksi
6
|
Tandang kosong, semua membrondol
|
Sumber: Publikasi PPKS dan LPP
dalam Sunarko (2009)
(Buah normal) (buah mentah)
(buah kurang matang)
(buah matang) (buah terlalu matang)
Gambar
18. Kreteria kematangan buah
4.2.5.2
Taksasi
Produksi
a.
Produksi Tahunan
Kegiatan taksasi produksi tahunan dilakukan 1 kali
setiap 6 bulan. Sampel tanaman yang dibutuhkan minimal 5 %. Apabila dalam 1
blok luasnya 30 ha(populasi 128/ha), maka sampel yang diambil sebanyak 192
tanaman. Sampel tanaman diambil pada setiap selang 10 baris(10 teras pada lahan
berbukit) dan setiap baris diambil selang 5 tanaman. Cara penghitungannya
adalah setiap sampel tanaman dihitung berapa jumlah tandan yang menjadi
buah(dicatat sesuai dengan umur buah tersebut) dan berapa jumlah tandan bunga
betina, kemudian dijumlahkan. Tandan inilah yang akan dipanen selama 6 bulan
mendatang.
b. Produksi
harian (Angka Kerapatan Panen)
Taksasi produksi merupakan perkiraan antara angka
kerapatan panen, kapaled yang akan
dipanen, populasi tanaman dan berat janjang rata-rata(BJR). Mamfaat dari
taksasi produksi harian yaitu untuk mengatur kebutuhan tenaga pemanen dan
sarana transportasi. Sebagai contoh kaveld
panen yang akan dipanen 2 blok. Luas kaveld panen 30 ha/blok. Berdasarkan
perhitungan dalam
1
ha(populasi 128 tanaman) 25 tanaman yang dapat dipanen.
Angka kerapatan panen=
=
0,19 atau 1 : 5 artinya dari setiap 5 pohon terdapat 1 tandan
yang matang. Berat janjang rata-rata = 10 kg/tandan. Taksasi panen =0,19 x 60
ha x 128 tanaman x 10 kg= 14.592 kg. Apabila kemampuan 1 orang tenaga panen =
800 kg, maka dibutuhkan 18 pemanen.
Untuk truk/kendaraan dibutuhkan 2 truk dengan kapasitas ± 7 ton/truk.
4.2.5.3
Rotasi Panen
Rotasi panen perlu dibuat
dan diatur dengan baik supaya
perpindahan panen dari blok satu keblok yang lain bisa berurutan dan
teratur sehingga penggunaan bahan bakar
transportasi lebih efisien. Disamping itu, memudahkan kerani panen dalam
mencatat buah hasil panen serta menghemat waktu pengangkutan karena tidak perlu
berkeliling mencari buah.
4.2.5.4
Alat
Panen dan Alat Pengangkutan Panen
1. Dodos
Dodos digunakan
dalam pemanenan pada tanaman yang belum tinggi (8 tahun). Dodos ada dua jenis
dengan ukuran mata dodos yang berbeda yaitu dodos besar dan dodos kecil. Dodos
kecil berukuran 8 cm yang digunakan dalam kastrasi dan pemanen dalam pemanenan kelapa sawit
dengan ketinggian kurang dari 0,9 meter.sedangkan dodos besar berukuran 12 cm
yang digunakan dalam pemanen pada tanaman yang lebih 0,9 meter dodos tidak
digunakan lagi apa bila tanaman telah mencapai ketinggian diatas 2,5 meter.
2. Egrek
Egrek merupakan
peralatan panen yang berbentuk seperti sabit yang disambung dengan galah untuk
memanen TBS pada tanaman yang telah tinggi (8 tahun ). Galah dapat terbuat dari
bambu ataupun alumunium pool.setiap aluminium
pool terdiri dua atau tiga galah. Setiap galah mempunyai 6 meter yang
dapat diatur panjangnya,selain awet juga ringan dibandingkan dengan galah yang
terbuat dari bambu.
3. Gancu
Gancu
merupakan alat yang terbuat dari besi
yang di lengkungkan dan runcing dari ujungnya. Biasanya digunakan untuk
mengangkat buah dari dalam kebun ke TPH dan untuk mengatur buah di truk yang akan dikirim ke pabrik.
4. Parang
Parang biasanya
digunakan untuk pemotongan tangkai buah yang panjang membentuk huruf V dan
memotong pelepah yang terlalu besar sehingga lebih mudah diatur di gawangan
mati.
5. Tojok
Tojok terbuat
dari beswi yang berbentuk huruf T dengan ujung bagian bawah runcing. Tojok
merupakan alat panen yang berfungsi untuk mengangkut tandan buah segar ke bak
traktor maupun truk.
6. Batu asah
Batu asah merupakan alat utuk mempertajam
(mengasah) dodos, egrek, parang, dll.
7. Lori
– lori
Lori – lori merupakan alat yang
digunakan untuk mengeluarkan TBS dari dalam blok pada saat panen.
8. Truck
Truk
merupakan alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tandan buah segar
dan brondolan dari TPH besar kepabrik. Kapasitas truck adalah 6 – 8 ton.
Kebutuhan truck untuk TM tua biasanya 2 truck. Dan tanaman TM remaja hanya 1
truck per divisi.
Gambar 19.
Dump Truck
4.2.5.5
Pelaksanaan
panen
Panen harus dilakukan sesuai yang benar, sebab
kesalahan dalam pemanen akan berdampak pada produksi yang akan dating. Prosedur pemanenan yang
benar adalah sebagai berikut :
1. pemanen mendatangi ancak panen sesuai dengan pusingan panen.
2. Pemanen
mencari tandan buah matang dengan melihat brondolan yang telah jatuh
dipiringan.
3. Jumlah
songgo dipotong mepet (minimal 2 cm).
4. Jumlah
pelepah yang disisakan tergantung umur tanaman. Untuk TM remaja dan tua
diberlakukan system songgo, unuk TM mudah pelepah tidak perlu dipotong (buah
dicuri).
5. Tandan
buah matang dipotong dan tangkainya dipotong mepet dengan membentuk huruf V
didalam blok kemudian dibawa ke TPH.
6. Semua
brondolan dikutip bersih dan diletakkan di TPH bersamaan dengan tandan buah
segar.
7. Pada
TPH buah disusun rapi dengan tangkai menghadap kejalan disertai dengan nomor
pemanen dan jumlah tandan yang dipanen.
8. Pelepah
dipotong menjadi 3 bagian dan diletakkan pada gawangan mati atau bibir teras.
9. Setelah
selesai pindah kepokok berikutnya.
4.2.5.6
Prestasi
panen
Dalam pemanenan semua
pemanen memiliki tanggung jawab yang harus diselesaikan dalam seharinya. Jumlah
tonase yang harus diselesaikan dalam sehari oleh tiap-tiap pemanen adalah 125
tandan perharinya.
4.2.6 Pengolahan
Buah Kelapa Sawit
Pengolahan buah kelapa sawit atau
PMKS berada di Desa, Leling Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju.
Gambar
20. PMKS Leling
Adapun proses
pengolahan tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit adalah sebagai
berikut:
4.2.6.1 Stasiun
Penerimaan TBS (Reception Station)
Stasiaun penerimaan adalah
stasiun untuk penerimaan dan penampungan sementara TBS yang dikirim dari kebun
sehingga siap untuk dilakukan proses pengolahan lebih lanjut.
Pada stasiun penerimaan TBS terdapat beberapa alat
yaitu Jembatan timbang, Loading Ramp(pembokaran buah),dan feeding comveyor.
a. Jembatan
Timbang
Fungsi dari jembatan timbang yaitu untuk menimbang
seluruh TBS yang akan masuk ke pabrik dan menimbang seluruh hasil produksi CPO
dan nut yang akan dikirim keluar pabrik
serta tankos yang akan kembali diaplikasikan pada kebun. Penimbangan perlu
dilakukan sebab angka yang diperoleh
berkaitan dengan produksi perkebunan, pembayaran upah tenaga kerja, perhitungan
rendemen dan lain sebagainya.
Gambar
21. Penimbangan mobil pengangkut TBS
b. Loading Ramp (pembongkaran buah )
Setelah TBS
ditimbang kemudian dilakukan grading untuk mengetahui buah yang dipanen masuk
kriteria atau tidak. Grading adalah
menyortir buah segar, buah mentah dan buah busuk. Jenis grading ada dua yaitu
grading lantai (grading 100%) dan
grading dengan menggunakan sample 100 janjang.
Grading 100 % adalah semua janjang harus digrading dalam satu truk. Sedangkan grading dengan menggunakan sampel
100 janjang yaitu buah yang di grading dalam satu truk adalah 100 janjang dan
yang digrading ialah pada bagian depan, tengah, dan belakang.
Adapun kriteria buah yang digrading yaitu buah mentah,
buah busuk, tangkai panjang dan janjang kosong. Prosedur kerja dalam kegiatan
grading yaitu:
a.
Grading
dilakukan di apron loading ramp
b.
Grading
dilakukan untuk setiap TBS dari kebun Inti, kebun plasma mitra penuh, plasma mitra bibit, plasma mitra swadaya.
c.
Grading dengan menggunakan Sample TBS
100 % janjang di apron loading rump.
d.
Grading TBS plasma dengan di saksikan
oleh ketua kelompok tani tani
e.
Grading TBS terhadap buah mentah, buah
busuk, janjang kosong, dan tangkai panjang
f.
Setelah di grading, sample TBS di
masukkan ke dalam chute loading rump
g.
Jumlah truk yang membongkar TBS harus
diatur sesuai dengan kapasitas loading ramp.
Loading
Rump berfungsi untuk menerima dan memindahkan TBS ke Sterilizer serta menyimpan
sementara TBS. Di dalam loading
ramp terdapat alat yang disebut comveyor, tujuannya untuk mengantar buah masuk
ke sterelizer.
Gambar
22. Loading Rump
c.
Feeding
Comveyor
Fungsi dari feeding
comveyer adalah alat yang membawa TBS ke tempat perebusan buah(sterilizer)
Gambar 23. Feeding Comveyor
4.2.6.2 Stasiun Rebusan (Sterilizer)
Merupakan tempat perebusan buah yang menggunakan panas
dari uap yang bertekanan tinggi, dengan tekanan 2 – 3 Bar. Alat ini di lengkapi
dengan pintu depan dan belakang
dan pintu akan terbuka otomatis ketika perebusan sudah cukup dengan kapasitas 5
lori dalam satu sterilizer dalam satu lori memuat sampai >5 ton TBS karna di
PMKS PT MUL mempunyai 2 tabung sterilizer sehingga dapat memuat ± 45 ton dengan
lama perebusan selama ± 60 menit.Tujuan
perebusan ini yaitu :
1. Menonaktifkan
enzim lipase yang menaikkan ALB
pada TBS
2.
Memudahkan
pelepasan
brondolan (fruitlet) dari janjangan
pada station threshing.
3.
Melunakkan
berondolan sehingga memudahkan pemisahan/pelepasan antara daging buah dan nut
pada proses Digestion dan Dipericarper.
4.
Mengkodisikan
daging buah sehingga sel minyak dapat mudah di extraksi dan dimurnikan yang
terjadi pada Stasiun Prees dan Stasiun klarifikasi.
5.
Mengurangi kadar air pada Nut
sehingga memudahkan pemecahan dan pemisahan nut.
Gambar
24. Sterilizer
4.2.6.3 Stasiun
Penebah (Threshing Station)
Fungsi dari
thresher adalah memisahkan TBS yang telah direbus menjadi berondolan dan
janjang kosong dengan system diputar dan dibanting. TBS hasil rebusan yang berasal dari
sterilizer di bawa ke trehesing melalui
Ex comveyer lalu brondolan yang
lepas akan masuk melalui kisi-kisi dan ditampung oleh Fruit elevator undtuk
didistribusikan kesetiap unit oleh distributing comveyor selanjutnya tandan
kosong melalui empty bunch conveyor dibawa
ke truck kemudian diaplikasikan ke kebun
4.2.6.4 Stasiun Press (Pressing Station)
Pada stasiun press terdapat alat Digester, Screw Press, Cake Breaker, Sand trap Tank, Vibrating screen dan Crude Oil Tank (COT)
a.
Digester
Digester berfungsi
untuk melumakkan buah masak untuk
memudahkan proses pengepresan/pemerasan
b.
Screw Press
Fungsi screw press adalah untuk memisahkan minyak
kasar dari daging buah dan biji (Nut).
c.
Cake Breaker Conveyor (CBC)
Cake breaker Conveyor
(CBC) berfungsi sebagai alat untuk pemecah cake yang bergumpal dari hasil
pressan, sehingga serat (Fiber) dan biji (Nut) dapat terpisahkan.
d.
Sand trap Tank
Sand Trap Tank adalah tangki yang berfungsi untuk
mengurangi jumlah pasir sebelum dialirkan ke Vibrating screen agar ayakan
terhindar dari gesekan pasir kasar yang menyebabkan keausan, Dimana miyak
mentah mengalir ke sand trap ini lalu kandungan pasir dan sludge ( Lumpur )
akan mengendap sesuai dengan berat jenisnya.
e.
Vibrating screen
Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke
vibrating screen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran misalnya pasir, sabut, bahan-bahan
lain yang masih mengandung minyak dan
dapat di kembalikan ke digesther
f.
Crude Oil Tank (COT)
Di dalam crude oil tank, minyak di tampung kembali
dengan maksud untuk menghindarkan kotoran dan pasir yang masih terikut sebelum
di lakukan proses selanjutnya. COT berfungsi untuk mengendapkan kotoran,
kemudian minyak di bawah ke Continous Setling Tank (CST).
4.2.6.5 Stasiun
Klarifikasi (Clarifiocation Station)
Pada stasiun klarifikasi terdapat alat Continous Setling Tank (CST), Oil Tank, Sludge Oil Tank, Oil Furifier, Vacum Driyer, defericarver dan polising drum.
a.
Continous
Setling Tank (CST)
Minyak
yang berasal dari COT dipompakan ke CST dengan menggunakan crude oil transfer
pump melalui pipa saluran. Minyak akan berada di bagian atas tangki. Alat ini
berfungsi untuk memisahkan minyak pertama dengan sludge dengan cara
pengendapan.
b.
Oil Tank
Merupakan
tempat penampungan minyak mentah dari CST yang mempersiapkan minyak sawit kasar
yang akan diolah dalam furifier.
c.
Sludge Oil
Tank
Pada
tangki sludge cairan masuk melalui pipa yang disalurkan terus kedasar sludge
tank. Sludge Tank berfungsi untuk menampung sludge dari hasil pemisahan oil dan
kotoran.
d.
Oil Furifier
Pada
oil purifier ini, bagian air masih dipisahkan dari minyak atas dasar. Minyak
hasil sentrifius dikirim ke vacum dryer dan kotorannya di alirkan ke pat- pit.
Berfungsi untuk memurnikan minyak yang berasal dari oil tank masakan.
e.
Vacum Driyer
Vacum driver berfungsi
untuk memisahkan minyak dengan air dengan sistem penguapan hampa.
f.
Depercarfer
Di
Pabrik pengolahan PT Manakarra Unggul Lestari Tidak terdapat pengolahan kernel
karena nut dikirim ke PT Unggul Widya Teknologi Lestari di baras untuk
diolah,Sedangkan fiber digunakan untuk bahan bakar boiler
Depercarfer berfungsi
untuk memisahkan sabut dengan nut atau mengeluarkan nut dari sisa fiber yang
masih menempel.
g.
Polishing Drum
Di
dalam polishing drum, biji akan dibersihkan dari sabut yang masih melekat. Berfungsi untuk menghilangkan sabut –
sabut yang menempel di nut dengan cara pengikisan yang bergelinding
depericarper sedangkan sabut yang terlepas sewaktu jatuh dari arah sebelah atas
drum depercarper.
h.
Stasiun Boiler
Boiler
berfungsi untuk memproduksi steam (Uap) yang akan digunakan dalam proses
pengolahan dan power house, bahan bakar yang di gunakan boiler
yaitu fiber dan shell.
j.
Softened Water Tank
Berfungsi
untuk menampung soft water untuk menjaga kontinuitas suplai air
umpan ke boyler
serta untuk persiapan awal pada
saat
pemanasan.
k.
Feed Water Tank
Berfungsi
untuk menampung air dari softened water tank serta untuk menghindari terjadinya
kavitasi pada pompa.
l.
Chemical Dosing Pump
Berfungsi
untuk menginjeksikan bahan kimia dengan dosis yang tepat ke
dalam air baku.
4.2.6.6 Stasiun
Power House
Di dalam stasiun ini
terdapat 1 mesin genset, dan Panel Induk
Tegangan Rendah (Low voltage Main Distribution Panel)
a.
Diesel Generator Set (Genset)\
Alat ini
berfungsi sebagai pembangkit tenaga alternative bila turbin uap tidak dapat
atau belum beroperasi.
b.
Distribusi Tenaga Listrik
Listrik
yang dihasilkan dari diesel kemudian dibagi keseluruh stasiun pabrik yang
membutuhkan lisrtrik dan untuk kebutuhan kantor pabrik. Semua system ini
dikendalikan dipanel induk.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Pengalaman kerja
Praktek Mahasiswa yang dilaksanakan
di PT
Manakarra Unggul Lestari di
Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, melalui kegiatan praktek
langsung, observasi dan wawancara maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1.
Dari
kegiatan pada afdeling Bibitan terutama pada saat pembibitan pre nursery butuh
ketelitian dan perhatian yang intensif untuk mengasilkan bibit yang berkualitas
tinggi mengigat harga kecambah yang mahal. Agar mungkinkan bibit yang afkir
bisa di berkurang.
2.
Pada
proses penanaman untuk di lokasi surjan atau tanah gambut dan harus di buatkan
tajuk untuk menopang tanaman pada saat angin kencang dan pada saat terjadi
banjir tanaman tidak mudah roboh dan hanyut terbawa arus. Apalagi bibit yang di
gunakan itu bibit lewat umur ukuran bibit lebi tinggi.
3.
Pemeliharaan
tanaman belum menghasilkan
(TBM) itu jarang dilakukan kastrasi atau
membuang buah busuk. Jadi untuk kegitan kastrasi ini sangat penting karna
sangat menpengaruahi kualitas dan kuantitas tandan buah segar (TBS).
4.
Panen
sampai pengolahan menjadi CPO dilakukan dengan baik dan memenuhi prosedur,
sehingga memberikan produksi yang maksiamal dan memcapai suatu target oleh
manajemen.
5.2 Saran
Dari
hasil kegitan praktek dilakukan selama ini ada beberapa hal penting yang harus
di sadari oleh orang budidaya, terutama pada proses pemupukan TBM atau TM yang
mana selama ini kurang perhatian sehingga kebutuhuhan tanaman akan unsur hara
masih belum terpenuhi sehingga tanaman tidak dapat berproduksi secara optimal.
Dan untuk orang pabrik pada proses penimbangan mesinkendaraan hasus dalam
keadaan mati sehingga tidak berpengaruh pada timbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2009. Panduan Lengkap
Kelapa Sawit. Penebar Swadaya: Jakarta
Yahya, 1990, prospek kelapa sawit. Agromedia Pustaka: Jakarta
Rustam
EL,
Agus W I. 2011. Buku
Pintar Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka: Jakarta
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka: Jakarta
Sunarko 2009. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit, Agromedia Pustaka:
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar