TUGAS AKHIR
SURVEI PENGARUH
PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN
INTI DAN KEBUN PLASMA
PT
MANAKARRA UNGGUL LESTARI
OLEH
I
PUTU SANDI YASA
12
22 354
BUDIDAYA
TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK
PERTANIAN NEGERI PANGKEP
PANGKAJENE
DAN KEPULAUAN
2015
HALAMAN PENGESAHAN
SURVEI
PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN INTI DAN KEBUN PLASMA
PT
MANAKARRA UNGGUL LESTARI
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
I PUTU SANDI YASA
12 22 354
Sebagai
Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi Pada
Jurusan Budidaya
Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Eka
Wisdawati,
S.Si., MP. Dr. Zahraeni Kumalawati., SP., MP.
NIP. 198101102006042001 NIP. 197209041998022001
NIP. 198101102006042001 NIP. 197209041998022001
Mengetahui,
Direktur Politeknik
Pertanian Negeri Ketua Jurusan
Pangkajene Dan
Kepulauan Budidaya Tanaman Perkebunan
Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si.
Ir.
H. Baso Darwisah, M.P.
NIP.
196306101988031003 NIP. 196212311988031025
Tanggal Lulus: 1 Juli
2015
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Judul Tugas Akhir : Survei Pengaruh Pemupukan Terhadap
Produksi Tandan Buah Segar Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.)
Di
Kebun Inti Dan Kebun Plasma PT Manakarra Unggul Lestari.
Nama Mahasiswa : I Putu
Sandi Yasa
NIM :
12 22 354
Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan
Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep
Telah Diuji Oleh Tim Penguji dan Dinyatakan Telah
Memenuhi Syarat Kelulusan
Di Sahkan
Oleh
Tim
Penguji
1.
Eka
Wisdawati,
S.Si., MP. (..............................)
2.
Dr.
Zahraeni Kumalawati, S.P, M.P.
(..............................)
3.
Nildayanti S.P,
M.Si. (..............................)
4.
Muhammad
Yusuf, S.P, M.P. (..............................)
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan proyek usaha mandiri ini dengan judul pengaruh
pemupukan terhadap produksi tandan buah segar pada tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di kebun inti dan kebun plasma PT Manakarra Unggul
Lestari.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. yang
berlokasi di PT Manakarra Unggul Lestari, Sulawesi Barat. Dalam
penyusunan laporan ini, penulis menyadari adanya campur tangan dari berbagai
pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang
tua serta segenap keluarga yang telah memberikan bantuan baik berupa material
serta spiritual hingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan tugas akhir hingga penyusunan laporan. Melalui kesempatan
ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si, selaku Direktur Politeknik pertanian Negeri Pangkep
2.
Bapak Ir.
H. Baso Darwisah, M.P, selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
3.
Ibu
Eka Wisdawati,
S.Si., MP., selaku Pembimbing I
4.
Ibu
Dr. Zahraeni Kumalawati, S.P, M.P., selaku Pembimbing II
5.
Para mandor, Staf, dan karyawan PT Manakarra Unggul
Lestari.
6.
Para Staf Dosen, pegawai dan teknisi Jurusan Budidaya
Tanaman Perkebunan yang telah memberikan ilmu, arahan dan nasehatnya selama
penulis menempuh pendidikan.
7.
Teman
– teman dan para sahabat yang tidak bosan bosan memberi dukungan dan semangat
untuk membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, penulis sangat berharap dengan rendah hati
menerima saran dan kritikan dari pihak pembaca yang bersifat membangun untuk
menuju perbaikan laporan ini kedepannya dengan baik. Akhir kata, besar harapan
penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Mandalle, Mei 2015
Penulis
ABSTRAK
I PUTU SANDI YASA (1222354). Pengaruh
Pemupukan Terhadap Produksi Tandan Buah Segar Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) PT Manakarra Unggul Lestari Di Kebun Inti Dan Kebun Plasma. Dibimbing oleh Eka
Wisdawati dan Zahraeni Kumalawati.
Survey ini
dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Pemupukan Terhadap Produksi Tandan Buah
Segar Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT Manakarra
Unggul Lestari Di
Kebun
Inti Dan Kebun Plasma. Dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015, dengan
metode pengambilan data primer dan sekunder di kebun inti dan kebun plasma PT
Manakarra Unggul Lestari. Hasil analisis data dari tahun 2012 - 2014
menunjukan bahwa tingkat produksi di kebun inti PT Manakarra
Unggul Lestari lebih tinggi dibandingkan kebun plasma.
DAFTAR ISI
Teks ` Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
ABSTRAK
.................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang................................................................................ 1
1.2
Tujuan dan Kegunaan ...................................................................... 3
2 GAMBARAN UMUM LOKASI
2.1
Sejarah Perusahaan ......................................................................... 4
2.2
Keadaan
Umum Lokasi .................................................................... 4
3 TINJAUAN
PUSTAKA
3.1
Tanaman
Kelapa Sawit ..................................................................... 6
3.2
Syarat
Tumbuh Kelapa Sawit............................................................. 6
3.3
Tipe/Varietas
Kelapa Sawit................................................................ 7
3.4
Morfologi
Kelapa Sawit ................................................................... 8
3.5
Kebun
Inti dan Kebun Plasma .......................................................... 12
3.6
Pemupukan...................................................................................... 13
3.7
Fungsi
Unsur Hara ........................................................................... 15
4 METODOLOGI
4.1
Waktu dan Tempat............................................................................ 17
4.2
Metode Pelaksanaan......................................................................... 17
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil................................................................................................. 18
5.2 Pembahasan..................................................................................... 20
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 26
6.2 Saran ............................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28
LAMPIRAN ................................................................................................ 30
RIWAYAT
HIDUP ...................................................................................... 35
DAFTAR TABEL
No. Teks
Halaman
1.
Data Produksi Kebun Inti PT. Manakarra Unggul Lestari (PT MUL). 18
2.
Data Produksi Kebun Plasma………………………………….…..…. 18
3.
Jenis
Pupuk Yang Digunakan Di Kebun Inti Dan Kebun Plasma
PT MUL................................................................................................ 19
4.
Dosis Pemupukan Di Kebun Inti Dan Kebun Plasma............................... 20
DAFTAR GAMBAR
No. Teks
Halaman
1.
Grafik
Perbandingan Data Produksi .................................................... 19
DAFTAR
LAMPIRAN
No.
Teks Halaman
1.
Kandungan
Unsur Hara Pupuk Yang Digunakan................................... 30
2.
Data
Curah Hujan Desa Kalkulasan 2012 - 2014.................................... 31
3.
Grafik
Curah Hujan Per Tahun Desa Kalkulasan.................................... 32
4.
Peta
Lokasi PT MUL........................................................................... 33
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah penghasil
minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki
berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman
lain. Keunggulan tersebut di antaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan
tanpa kolesterol. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa
sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning
dan minyak inti sawit (PKO atau palm kerner oil) yang tidak berwarna. CPO atau
PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan, industi sabun, industri
baja, industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif.
Perkembangan
areal tanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat dari
tahun ke tahun. Indonesia menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dengan
luas areal sebesar 7,07 juta hektar dan produksi CPO mencapai 1.846 juta ton
dengan perincian 2.565.000 hektar merupakan perkebunan rakyat (PR) dengan
produksi 5.085.000
ton minyak sawit, 687.000
hektar merupakan perkebunan besar Negara (PBN) dengan produksi sebesar 2.314.000 ton minyak sawit, serta
3.358.000 hektar perkebunan besar swasta (PBS) dengan produksi sebesar 8.990.000
ton minyak sawit (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2009).
Pencapaian
hasil produksi kelapa sawit yang tinggi dipengaruhi oleh tiga faktor utama,
yaitu faktor lingkungan, faktor genetik
dan teknik budidaya. Faktor
lingkungan meliputi iklim, dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi
penggunaan bahan tanam atau varietas
tanaman kelapa sawit yang unggul. Teknik budidaya kelapa sawit merupakan
faktor yang penting dalam memaksimalkan
potensi produksi kelapa sawit. Teknik budidaya yang tidak sesuai dengan standar
rekomendasi dapat mempengaruhi produksi tandan buah segar (TBS). Sebagai contoh
akibat kesalahan pemupukan dapat menurunkan produksi TBS hingga 13% dari produksi normal.
Dengan produksi yang tinggi, CPO yang dihasilkan juga akan tinggi sehingga
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Melihat
besarnya prospek kelapa sawit di Indonesia, maka diperlukan adanya upaya
peningkatan produktivitas untuk
meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit. Salah satu upaya peningkatan
produktivitas dapat dilakukan dengan cara pemberian pupuk secara efisien dan
efektif.
Pemupukan
merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas
dan kualitas produksi yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat
bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat
produktivitas tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan
penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pemupukan
bermanfaat melengkapi penyediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan
tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produktivitas) yang
maksimal. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menyediakan
kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh baik dan mampu
berproduksi maksimal dan menghasilkan minyak berkualitas baik. Untuk meningkatkan produksi maksimal
kelapa sawit, maka dalam pelaksanaan pemupukan harus mengacu pada lima tepat,
yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara, tepat tempat (Adiwiganda dan Siahaan, 1994).
Oleh karena itu untuk melihat pengaruh pemupukan terhadap
produksi kelapa sawit maka percobaan ini dilakukan pengamatan (survei) terhadap
pelaksanaan pemupukan yaitu meliputi tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat
cara dan tepat tempat pada kebun inti dan kebun plasma perusahaan kelapa sawit
PT Manakarra Unggul Lestari.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan tugas akhir ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemupukan terhadap produksi tandan buah segar kelapa sawit
(Elaeis
guineensis Jacq.) di kebun
inti dan kebun plasma PT
Manakarra
Unggul Lestari.
Kegunaan kegiatan ini yaitu sebagai
bahan informasi serta dapat menambah wawasan, pengetahuan dalam hal metode
pemupukan kelapa sawit yang efektif dan efesien, serta dapat menerapkan sistem
pemupukan yang benar guna meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS) pada
tanaman kelapa sawit.
II.
KEADAAN UMUM LOKASI
2.1
Sejarah Perusahaan
PT Manakarra Unggul Lestari (PT MUL) merupakan perusahaan
perkebunan kelapa sawit. Perusahaan tersebut mulai berdiri pada tanggal 1 agustus 1997 oleh Bapak Tjungwanara
Njoman yang bermitra dengan pemerintah tingkat II Mamuju. Pemerintah
Daerah Mamuju menyiapkan lahan sampai
dengan izin lokasi dan Hak Guna Usaha kepada PT Manakarra Unggul Lestari. PT
Manakarra Unggul Lestari kebun inti membudidayakan tanaman kelapa sawit jenis
Socfindo. Untuk umur tanaman kelapa sawit di kebun inti sangat beragam mulai
tahun tanam 2001 sampai tahun tanam 2015.
2.2 Keadaan
Umum Lokasi
2.2.1 Letak Administratif Lokasi
PT
Manakarra unggul Lestari berada di Desa Kakulasang dan Desa Leling, Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju, yang berjarak 100 km dari Ibukota
Propinsi Sulawesi barat, Mamuju Kebun PT Manakarra Unggul Lestari memiliki
batas – batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah
Utara berbatasan dengan Kecamatan Tobadak.
b. Sebelah
Selatan berbatasan dengan Desa Kalkulasang.
c. Sebelah
Timur berbatasan dengan hutan milik Negara.
d. Sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Malino.
2.2.2 Iklim
Curah
hujan tahun 2012 - 2013
kebun PT Manakarra Unggul Lestari berkisar 3000 - 4500 mm per tahun, beriklim basah,
suhu rata-rata adalah 24 - 32 0C dengan kelembaban
relative udara 80 - 90 %.
Penyebaran curah hujan bulanan di kebun PT. MUL umumnya merata selama priode 6
(enam) tahun terakhir. Data curah hujan di Desa Kalkulasang
dapat dilihat pada lampiran tabel 2.
2.2.3
Topografi dan
tanah
Keadaan
topografi terbagi menjadi dua wilayah. Untuk wilayah kebun PT. MUL Desa
Kakulasan memiliki keadaan topografi datar dan wilayah kebun di Desa Leling
memiliki tofografi bergelombang hingga berbukit.
Jenis
tanah terdiri dari mineral dan podsolik (merah kuning) kedalaman efektif tanah
lebih besar dari 100 cm dengan kesuburan tanah rendah sampai sedang dan pH
tanah berkisar antara 5 - 6. Kelas kesesuaian lahan
secara aktual adalah kelas lahan S2
sampai S3. Kriteria tanah S2 yaitu ada pembatas kecil, berpengaruh terhadap hasil
dan perlu input sehingga mudah dapat diatasi sedangkan S3 yaitu faktor pembatas
berat perlu input lebih banyak, perlu modal besar untuk mengatasi permasalahan
tanah seperti ini.
2.2.4 Keadaan Tanaman
PT Manakarra Unggul Lestari menggunakan bibit kelapa sawit yang berasal
dari varietas Tenera yang berasal dari hasil persilangan varietas Dura dan
Psifera dan jenis yang digunakan yaitu Socfindo dengan pola tanam yang
digunakan adalah segitiga sama sisi (9 m x 9 m x 9 m) sehingga populasi rata - ratanya adalah 136 tanaman/ha.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Tanaman Kelapa Sawit
Klasifikasi tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menurut Sastrosayono (2009), adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophita
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Subfamili : Cocoidae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis
guineensis
3.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah
hingga ketinggian tempat 1000 meter di atas permukaan laut (dpl). Akan tetapi,
pertumbuhan tanaman dan produktivitas yang optimal akan tercapai jika ditanam
di lokasi dengan ketinggian maksimum 400 meter dpl (Sukamto, 2008).
Menurut Pahan (2008), lahan adalah matriks
tempat tanaman berada. Tanpa lahan, tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis
untuk diusahakan secara komersial. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus
mengacu pada tiga faktor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan dan sifat kimia
tanah atau kesuburan tanah. Tanah yang baik digunakan untuk perkebunan kelapa
sawit adalah Latosol, Podzolik, Alluvial, dan Gambut. Untuk memperoleh hasil
maksimal dalam budidaya kelapa sawit perlu memperhatikan sifat fisik dan kimia
tanah di antaranya struktur tanah dan drainase tanah baik, kedalaman solum
tanah lebih dari 80 cm, tekstur tanah ringan serta memiliki reaksi tanah pH 4 - 6. Jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran
matahari memiliki korelasi dengan fluktuasi produksi kelapa sawit. Curah hujan
ideal untuk tanaman kelapa sawit berkisar 2000 - 2500 mm per tahun dan tersebar
merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata sebaiknya tidak kurang dari
6 jam per hari. Temperatur optimum untuk tanaman kelapa sawit antara 22 - 23 0C. Keadaan angin tidak terlalu
berpengaruh karena tanaman kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang
dibandingkan dengan tanaman lainnya.
Kelapa sawit tumbuh pada berbagai jenis tanah
seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Regosol, Andosol, Organosol, dan
Aluvial. Tanaman kelapa sawit akan tumbuh baik pada tanah yang gembur, subur,
berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan membuat solum yang tebal sekitar 80
cm tanpa lapisan padas (Fauzi, 2006).
Derajat keasaman (pH) tanah sangat terkait
dengan ketersediaan hara yang diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada
pH 4 - 6, tetapi pH optimumnya berada antara 5 - 5,6. Tanah ber-pH rendah dapat ditingkatkan 6
dengan cara pengapuran. Tanah tersebut biasanya dijumpai pada daerah pasang
surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992).
3.3 Tipe/Varietas Kelapa
Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat juga digolongkan berdasarkan ketebalan tempurung
atau cangkang. Berdasarkan ketebalan cangkang, tebal tipisnya cangkang tanaman
kelapa sawit dapat dibagai menjadi tiga jenis atau varietas, yaitu sebagai
berikut:
-
Dura
Ciri-cirinya tebal cangkangnya 2 - 8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada
bagian luar cangkang, daging buah relatif tipis, daging biji besar dengan
kandungan minyak rendah, banyak digunakan sebagai induk betina dalam program
pemuliaan.
-
Pisifera
Ciri-cirinya tebal cangkangnya sangat tipis (bahkan hampir tidak ada),
daging buah lebih tebal dari pada daging buah jenis Dura, daging biji sangat
tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain, dengan
persilangan diperoleh jenis Tenera. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai
bahan untuk tanaman komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan.
-
Tenera
Ciri-cirinya tebal cangkangnya tipis 0,5 - 4 mm, terdapat lingkaran serabut disekeliling
tempurung, daging buah sangat tebal, tandan buah lebih banyak (tetapi ukurannya
lebih kecil), merupakan hasil persilangan Dura dengan Pisifera. Jenis ini
merupakan yang paling banyak ditanam dalam perkebunan dengan skala besar dan
umumnya menghasilkan lebih banyak tandan buah (Tim Bina Karya Tani, 2009).
3.4 Morfologi Kelapa Sawit
a)
Akar
Kelapa sawit termasuk tanaman yang mempunyai
perakaran yang dangkal (akar serabut), sehingga mudah mengalami cekaman
kekeringan. Adapun penyebab tanaman mengalami kekeringan diantaranya
transpirasi tinggi dan diikuti dengan ketersediaan air tanah yang terbatas pada
saat musim kemarau. Pada tanaman kelapa sawit yaitu akar
serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartieryang
mana setiap bagian tersebut memiliki fungsi. Untuk akar primer dapat tumbuh
vertikal (radicle) maupun mendatar (adventitious roots) dan berdiameter
sekitar 6 - 10 mm. Akar sekunder, yaitu
akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah,
berdiameter sekitar 2 - 4 mm. Sedangkan
pada akar tertiera adalah akar yang tumbuh dari akar sekunder. Arah tumbuhnya
mendatar ke samping, dengan panjang sekitar 0.7 - 1.2 mm. Dan
pada akar kuartier yaitu akar cabang dari akar tersier berdiameter 0,2 - 0,8 mm dan panjang sekitar 2 cm. Akar tersier dan
kuarter berada 2 - 2,5 m dari pangkal pokok atau luar piringan dan berada di
dekat pemukaan tanah. Pada akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, kemudian
ujungnya meruncing, dan berwarna putih atau kekuningan (Maryani, 2012).
b)
Batang
Batang pada
kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan umumnya tidak
bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Batang tanaman kelapa sawit
berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah).
Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur
hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara
optimal sekitar 35 - 75 cm/tahun sesuai
dengan keadaan lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis tanaman sangat
dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan
tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2007).
c)
Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan
bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi
terhadap tangkap sinar mantahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri
yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang
sejajar. Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang
lebih 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250 - 300 helai
sesuai dengan jenis tanaman kelapa sawit. Daun muda yang masih kuncup
berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu
susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit
yang normal biasanya memiliki sekitar 40 - 50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah
daun pada tanaman muda yang berumur 5 - 6 tahun mencapai 30 - 40 helai,
sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20 - 25 helai. Semakin pendek pelepah
daun maka semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan
luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman
(Vidanarko, 2011).
d)
Bunga
Tanaman
kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12 - 14 bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious
yang berarti bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada
tandan yang sama. Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk
sendiri karena memiliki daun jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari
ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen
(bunga majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur
pada fase-fase awal perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat
beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen.
e)
Biji
Setiap jenis
kelapa sawit biasanya memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Jenis biji
dura panjangnya sekitar 2 - 3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat
250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera
afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram
per biji. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya
dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar
perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih
tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment (Vidanarko, 2011).
f)
Buah
Buah kelapa
sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau
disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil
(CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung minyak
inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil.
Proses
pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 6
bulan. Dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah (Risza, 1994). Biasanya
buah ini yang digunakan untuk di olah menjadi minyak nabati yang digunakan oleh
manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis) adalah sumber dari kedua minyak sawit
(diekstraksi dari buah kelapa) dan minyak inti sawit (diekstrak dari biji buah)
(Mukherjee, 2009).
Cangkang
kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang
cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Tempurung kelapa sawit
dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dapat dibuat dengan melalui
proses karbonisasi pada suhu 550 0C selama kurang lebih tiga jam
(Kurniati, 2008).
3.5 Kebun Inti Dan Kebun Plasma
Kebun Inti
merupakan perkebunan
kelapa sawit milik perusahaan besar swasta (PBS), PT Manakarra Unggul Lestari yang berdiri pada tanggal 1 agustus 1997 oleh Bapak
Tjungwanara Njoman. Di PT Manakarra Unggul Lestari Jenis bibit yang dibudidayakan yaitu jenis (Socfindo), Untuk umur tanaman kelapa sawit di kebun
inti sangat beragam mulai tahun
tanam 2001 sampai tahun tanam 2015.
Kebun
plasma terbagi menjadi 3 yaitu, plasma mitra penuh yaitu semua manajemen kebun dan tandan buah segar (TBS) menjadi hak penuh perusahaan dan kebun
akan dikembalikan ketika semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tertutupi
dari hasil produksi. Plasma mitra
bibit yaitu
petani yang memiliki lokasi atau kebun kelapa sawit tetapi tidak mempunyai
biaya untuk melakukan pembibitan, sehingga perusahaan memberikan bibit siap tanam dan bibit tersebut akan dibayar dari hasil produksi. Dan
Plasma mitra swadaya yaitu perkebunan
yang dimiliki dan dikelolah oleh masyarakat (PR) secara langsung baik itu manajemen kebun dan penjualan TBS, tanpa harus terikat perjanjian atau kontrak dengan pihak perusahaan. Untuk
kegiatan survei ini dilaksanakan di plasma mitra swadaya di salah satu kelompok tani PT MUL
dengan luas lahan 10 hektar, umur tanaman ± 8 tahun, jenis bibit socfindo.
3.6 Pemupukan
Budidaya kelapa sawit meliputi beberapa tahapan kegiatan
salah satunya kegiatan pemeliharaan yang memerlukan perhatian intensif yaitu
pemupukan. Hal tersebut karena biaya pemupukan tergolong tinggi, kurang lebih
30 % dari total biaya produksi atau 40 – 60 % dari biaya pemeliharaan sehingga
menuntut pihak praktisi perkebunan untuk secara tepat menentukan jenis dan
kualitas pupuk yang akan digunakan dan mengelolanya mulai dari pengadaan hingga
aplikasinya di lapangan baik secara teknis maupun manajerial (Winarna,
Darmosarkoro dan Sutarta, 2003).
3.6.1
Pengertian Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat
organik ataupun anorganik (buatan), bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun
tanaman dapat menambah unsur hara. Pemupukan adalah cara atau metode pemberian
pupuk. Jadi pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara pemberiannya.
Pupuk banyak macam dan jenisnya serta berbeda pula sifat-sifatnya dan berbeda
pula reaksi dan peranannya di dalam tanah dan tanaman (Rosmarkam dan Yuwono,
2002).
3.6.2
Klasifikasi Pupuk
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002),
berdasarkan senyawanya pupuk terbagi atas pupuk organik, yakni pupuk yang
berupa senyawa organik. misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan guano.
Sedangkan pupuk anorganik atau mineral, yakni semua pupuk buatan, baik pupuk
tunggal maupun majemuk.
3.6.2.1
Pupuk Organik
Pupuk
organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah
melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk
kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan
pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi
kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut
rendah tetapi kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi (Novizan, 2007).
Pupuk
organik sangat penting sebab memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap
tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan mengandung
zat makanan tanaman (Rinsema, 1993).
3.6.2.2
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik (pupuk buatan) adalah pupuk yang terbuat dari
proses rekayasa biologis, kimia, atau fisika. Defenisi pupuk anorganik umumnya
mengacu pupuk yang diproduksi oleh pabrik-pabrik pupuk untuk memenuhi kebutuhan
unsur-unsur hara tanaman yang kurang atau tidak tersedia di alam.
Jenis-jenis pupuk anorganik dibedakan
menjadi dua macam, sebagai berikut :
1. Pupuk
majemuk, yaitu pupuk yang mengandung lebih dari unsur hara. Misalnya pupuk NPK,
NK, PK, NP.
2. Pupuk
tunggal, yaitu pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara. Misalnya pupuk K, N,
P. bentuk pupuk anorganik terdiri atas pupuk cair dan pupuk padat yang berupa
pallet, tepung atau butiran.
Untuk
mencapai kondisi tanah yang subur diperlukan kombinasi pemakaian pupuk organik
dan anorganik. Unsur hara utama yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman
kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Tanaman memperoleh unsur hara
dari beberapa sumber, yaitu tanah, residu bahan organik, dan pupuk buatan yang
diberikan pada tanaman (Sutarta,
2003).
3.7 Fungsi Unsur Hara
1) Nitrogen (N)
Nitrogen sangat
berperan dalam pertumbuhan tanaman pada proses pembentukan protein, sintesa
klorofil, dan fotosintesa. Tanaman mengambil nitrogen dari tanah dalam bentuk nitrate ( NO3-) dan ammonium ( NH4+ ). (Risza 1994).
2) Phospor (P)
Phospor berperan merupakan unsur hara yang diperlukan
dalam jumlah banyak, berguna bagi perkaran dan batang yang kuat, serta
meningkatkan mutu buah. Kekurangang
unsur P dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun berwarna keunguan (Risza 1994),
3)
Kalium (K)
Kalium berperan
untuk menyusun minyak dan mempengaruhi ukuran tandan. Kekurangan unsur K akan
terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun muda Setyamidjaja (1997).
4) Magnesium (Mg)
Magnesium
merupakan kation divalen berukuran kecil serta memiliki sifat elektropositive
yang berperan dalam proses pembentukan klorofil, aktifator enzim dan transfer
energi, serta mengendalikan tingkat kemasan ( pH dalam sel) (Risza, 1994)
5) Boron (B)
Fungsi dari Boron ini yaitu
Meristimatik tanaman, jaringan pengangkut dan sel – sel tanaman dan memperbaiki menetralkan pH tanah.
IV.
METODOLOGI
4.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan Survei ini berlokasi di PT Manakarra Unggul Lestari (PT MUL), Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Mamuju, Kecamatan Tommo, Desa Kalkulasan, Survei ini dilaksanakan pada bulan April 2015.
4.2 Metode
Pelaksanaan
Survei dilaksanakan pada kebun inti dan kebun plasma PT Manakarra Unggul
Lestari. Pengamatan di kebun inti dilakukan di Afdeling C blok F52, dengan luas
lahan 9.0 hektar, tanaman kelapa sawit berumur ± 8 tahun dan mengunakan jenis bibit
(socfindo). Afdeling C ini berada dibagian barat – utara yang sebelah timur
berbatasan dengan Afdeling A dan sebelah selatan berada dengan Afdeling B.
Sedangkan pada kebun plasma dilaksanakan pada kelompok tani yang merupakan
plasma mitra swadaya PT Manakarra Unggul Lestari yang mempunyai luas lahan 10
hektar dengan umur tanaman yang sama dengan umur tanaman di kebun inti PT
Manakarra Unggul Lestari yaitu ± 8 tahun dan
jenis bibit yang sama yaitu (socfindo).
Survei dilaksanakan dengan melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
pemupukan yang meliputi tepat jenis, dosis, waktu, cara dan tempat di kebun
inti dan kebun plasma PT Manakarra Unggul Lestari. Selain data primer yaitu data
yang langsung di ambil dilapangan, adapula data sekunder yang diambil melalui
wawancara, literatur dan studi pustaka.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL
Dari
hasil survei yang dilakukan di kebun
inti dan kebun plasma PT Manakarra Unggul Lestari (PT MUL), maka diperoleh hasil bahwa produksi bobot tandan buah
segar (TBS) pada kebun inti lebih tinggi dibandingkan pada kebun plasma. Data
produksi kebun inti dan kebun plasma dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Data produksi kebun inti PT. Manakarra Unggul Lestari.
Tahun
|
Luas
areal (ha)
|
Produksi
|
BJR
(kg/tandan)
|
|
Jumlah
TBS
(tandan)
|
Bobot
TBS (ton)
|
|||
2012
|
9.0
|
17.606
|
102,466
|
5,82
|
2013
|
9.0
|
22.976
|
165,656
|
7,21
|
2014
|
9.0
|
28.103
|
252,410
|
8,98
|
Sumber. Kantor
sentral PT. Manakarra Unggul Lestari 2015.
Tabel 2. Data produksi kebun plasma mitra swadaya.
Tahun
|
Luas
areal (ha)
|
Produksi
|
BJR (kg/tandan)
|
|
Jumlah
TBS
(tandan)
|
Bobot
TBS (ton)
|
|||
2012
|
10
|
12.730
|
70,651
|
5.55
|
2013
|
10
|
15.800
|
110,126
|
6.97
|
2014
|
10
|
20.510
|
164,080
|
8.00
|
Sumber. Kantor
plasma PT. Manakarra Unggul Lestari 2015.
Untuk melihat perbandingan tingkat produksi
kebun inti dan kebun plasma PT Manakarra Unggul Lestari dapat dilihat pada grafik 1.
Garafik 1. Perbandingan hasil produksi kebun inti dan kebun
plasma di PT Manakarra Unggul
Lestari.
Terdapat
beberapa perbedaan pelaksanaan pemupukan di kebun inti dan kebun plasma PT MUL
antara lain, pengunaan jenis pupuk dan dosis pemupukan. Jenis pupuk dan dosis
pemupukan pada kebun inti dan kebun plasma PT MUL dapat dilihat pada tabel 3
dan 4.
Tabel 3. Jenis
pupuk yang digunakan di kebun inti dan kebun plasma PT MUL.
No.
|
Jenis
Pupuk
|
Kebun
Inti
|
Kebun
Plasma
|
Rotasi Pemupukan (Bulan)
|
1.
|
Mahkota
Borate
|
√
|
−
|
Februari
|
2.
|
NPK Buamax
|
√
|
−
|
Februari, Juni
& Oktober
|
3.
|
Urea
|
√
|
−
|
Maret
|
4.
|
Mop (Muriate Of Potash)
|
√
|
−
|
Maret &
Agustus
|
5.
|
NPK
Pelanggi
|
−
|
√
|
Januari, Juni & Oktober
|
6.
|
NK Kalon
|
−
|
√
|
Mei & Desember
|
Sumber. Data primer setelah di olah
2015
Tabel 4. Dosis pemupukan di kebun inti dan kebun plasma.
Umur
Tanaman
|
Aplikasi
|
Jenis
Pupuk (gr)
|
|||||
Kebun Inti
|
Kebun Plasma
|
||||||
Borat
|
NPK
|
MOP
|
UREA
|
NPK
|
NK
|
||
7 tahun
|
1
|
100
|
1500
|
2500
|
3000
|
2500
|
2000
|
2
|
-
|
1500
|
2500
|
-
|
2500
|
2000
|
|
3
|
-
|
1500
|
-
|
-
|
2500
|
-
|
|
Total
|
100
|
4500
|
5000
|
3000
|
7500
|
4000
|
Sumber. Data primer
setelah diolah 2015
5.2
PEMBAHASAN
Dari hasil survei yang dilakukan
dapat dilihat bahwa produksi tanaman kelapa sawit pada kebun inti PT Manakarra
Unggul Lestari lebih tinggi dibandingkan dengan hasil produksi kebun plasma.
Kebun inti memiliki hasil produksi
tinggi karena mengunakan jenis pupuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro dan
menerapkan metode pemupukan 5T (tepat jenis, dosis, waktu, cara dan tempat),
dibandingkan dengan kebun plasma yang hanya mengunakan unsur hara makro dan
kurang menerapkan metode
pemupukan 5T.
Kebun
plasma terbagi menjadi 3 yaitu, plasma mitra penuh yaitu semua manajemen kebun dan tandan buah segar (TBS) menjadi hak penuh perusahaan dan kebun
akan dikembalikan ketika semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tertutupi
dari hasil produksi. Plasma mitra bibit yaitu petani yang memiliki lokasi atau kebun kelapa sawit tetapi tidak
mempunyai biaya untuk melakukan pembibitan, sehingga perusahaan memberikan bibit siap tanam dan
bibit tersebut akan dibayar dari hasil produksi. Dan
Plasma mitra swadaya yaitu perkebunan yang dimiliki dan
dikelolah oleh masyarakat (PR) secara
langsung baik itu manajemen kebun dan penjualan TBS, tanpa harus terikat perjanjian atau kontrak dengan pihak perusahaan. Untuk
kegiatan survei ini dilaksanakan di plasma mitra swadaya di salah satu kelompok tani PT MUL
dengan luas lahan 10 hektar, umur tanaman ± 8 tahun, jenis bibit socfindo.
Jenis Dan Dosis Pemupukan
Jenis dan dosis pupuk yang digunakan di kebun inti dan kebun plasma PT
Manakarra Unggul Lestari sangat berbeda, di kebun inti mengunakan dosis berdasarkan hasil
rekomendasi yang
buat oleh Departemen Riset melalui analisis daun dan tanah, sedangkan untuk
kebun plasma pemupukan
berdasarkan rotasi dan keadaan pupuk di pasaran, perbedaan jenis dan dosis yang
diberikan sangat mempengaruhi potensi produksi seperti terlihat pada table 1
dan 2. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sukarji dan
Martoyo (1998), mengatakan dosis pupuk yang di berikan pada tanaman per pohon
juga berbeda untuk jenis tanah maupun adanya tumbuhan penutup tanah. Tanaman
memerlukan unsur hara sesuai dengan kebutuhan apabila kelebihan unsur hara maka
akan memberikan dampak negatif untuk pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut. Selanjutnya, menurut
Setyawibawa dan Widyastuti (1999), mengatakan untuk memperoleh
dosis pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman perlu diadakan analisa
daun dan tanah, serta pengamatan secara visual terhadap pertumbuhan tanaman kelapa
sawit dari hasil produksi
untuk memperoleh hasil yang akurat sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Menurut
pakar diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis dan dosis pupuk yang ideal
sangat menentukan tingkat hasil produksi, maka sangatlah penting dilakukan
analisa daun dan tanah sebelum melakukan
pemupukan guna mengetahui defesiensi dan kebutuhan hara pada tanaman,
tanpa memberikan dampak negatif pada tanaman tersebut.
Waktu Pemupukan
Waktu
pemupukan yang dilaksanakan di kebun inti PT Manakarra Unggul Lestari dan kebun
plasma berbeda, tergantung teknis dan jenis pupuk yang di aplikasikan. Waktu pemupukan kebun inti PT Manakarra Unggul
Lestari berdasarkan curah hujan,
dan jenis pupuk yang harus diaplikasikan berdasarkan urutan rencana pemupukan misalnya, terlebih dahulu melakukan
pemupukan dengan mengunakan pupuk Mahkota
Borate
yang diaplikasikan 1 kali dalam 1 tahun kemudian
setelah 2 minggu, dilakukan pemupukan dengan NPK Baumax yang diaplikasikan 3 kali dalam 1 tahun, dan pupuk Urea dilakukan 1 kali dalam 1 tahun selanjutnya pupuk MOP (Muriate Of Potash)
dilakukan 2 kali dalam 1 tahun. Pupuk ini diaplikasikan
berdasarkan hasil dari rekomendasi yang dibuat oleh Departemen Riset. Pemupukan di kebun Plasma dilakukan berdasarkan rotasi
pemupukan dan keadaan pupuk di pasaran. Misalkan pemupukan NPK Pelangi
dilakukan bulan Januari, Juni dan Oktober dan pemupukan NK Kalon dilakukan bulan Mei dan
Desember, Pupuk tersebut diaplikasikan
tanpa memperhatikan
curah hujan terlebih dahulu. Dan sering kali juga berpengaruh dengan keadaan pupuk di pasaran yang kerap
petani plasma ingin melakukan pemupukan tetapi stok untuk pupuk yang dibutuhkan
habis sehingga harus menunda waktu pemupukan. Hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh Siahaan, Suwandi, dan
Panjaitan (1990), mengatakan untuk tanaman menghasilkan
pada kelapa sawit,
pemberian pupuk N, P dan K dilakukan 3 kali setahun setelah pemupukan Borate (B). Selanjutnya, Syamsulbahri (1996), mengatakan bahwa dalam menentukan waktu
dan frekuensi pemupukan biasanya mempertimbangkan tiga faktor, yaitu
iklim (terutama curah hujan), kondisi dan sifat fisik
tanah serta sistem pengadaan pupuk. Sedangkan frekuensi pemupukan untuk pupuk
dengan kelarutan cepat seperti urea dan MOP sebanyak 2 hingga 3 kali setahun.
Cara Pemupukan
Strategi
pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit harus tepat sehingga dapat diserap secara
optimal oleh tanaman tersebut. Ada beberapa cara pemberian pupuk pada tanaman
kelapa sawit yaitu di tabur merata pada sekitar pohon menurut lingkaran sekitar batang, ada
juga pemberian pupuk dengan cara dibenam. Cara pemupukan di kebun inti PT Manakarra Unggul Lestari mengunakan
metode tabur merata pada lingkaran batang jarak tabur dari pangkal batang
tergantung jenis pupuk yang digunakan. Misalkan untuk pupuk NPK Baumax, MOP,
Urea jarak tabur 1,5 – 2 meter dari pangkal batang sedangkan untuk pupuk
Mahkota Borate 1 meter dari pangkal batang. Di kebun plasma NPK Pelangi jarak
tabur yaitu 1 meter dari pangkal batang. Di kebun inti PT Manakarra Unggul Lestari dan
kebun plasma mengunakan metode pemupukan yang sama tetapi jarak tabur pupuk
dari pangkal batang berbeda. Siahaan, Suawadi, dan Panjaitan (1990),
mengatakan ada dua cara pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit, yaitu cara tabur dan cara benam. Pada cara tabur, pupuk di tabur pada piringan melingkar
mengelilingi pohon sedangkan pada cara benam terlebih dahulu di buatkan larikan
(lubang memanjang) mengelilingi pohon lalu pupuk dibenam dalam larikan kemudian
ditimbun dengan tanah. Pemberian pupuk dengan cara tebar mudah dan relatif
murah dalam pelaksanaannya pupuk mudah tercuci oleh air yang mengalir di
permukaan tanah, atau hilang oleh penguapan misalnya pupuk Urea. Sebaliknya
dengan cara benam pupuk terhindar oleh pencucian oleh aliran air di permukaan
tanah ataupun penguapan, namun pelaksanaan mahal karena memerlukan banyak
tenaga, cara benam disamping mahal juga banyak menimbulkan perlukaan pada akar
sehingga cara ini tidak di anjurkan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, kerugian
yang disebabkan oleh aliran permukaan pada cara tebar dapat dikurang dengan
cara membuat benteng penahan air pada areal berlereng, dengan adanya benteng
atau teras maka aliran permukaan di perlambat sehingga air mempunyai kesempatan
meresap kedalam tanah. Hal
ini sesuai yang dikemukakan oleh Setyamidjaja (1991), cara penaburan
pupuk pada tanaman menghasilkan yaitu pupuk N, P, dan K, Mg. Dan B ditabur
merata dalam piringan, Untuk
pupuk makro jarak tabur 2 - 3 meter dari pangkal batang. Sedangkan pupuk mikro jarak
tabur 1 meter dari pangkal batang. Jarak tersebut
ditentukan mengigat konsentrasi perakaran dilokasi.
Faktor
Penghambat Pemupukan
Berdasarkan hasil
pengamatan pengaruh tingkat produksi secara
tidak langsung juga bisa disebabkan
salah satunya yaitu persiapan
pemupukan, pengangkutan
pupuk yang di sebabkan akses jalan yang rusak dan perencanaan. Setyamidjaja (1997), untuk
terlaksananya pemupukan yang baik di perlukan pengorganisasian yang baik,
terutama dalam pengaturan tenaga pelaksana pemupukan dan pendistribusian pupuk yang
digunakan. Hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh Syamsulbahri (1999), bahwa untuk
menjaga keseluruhan tanaman dikebun dapat di pupuk dalam waktu dan fekuensi
yang sama maka pengadaan pupuk harus dilaksanaan jauh hari, misalnya 3 bulan sebelum kegiatan pemupukan
dilaksanakan. Menurut beberapa
pakar diatas menunjukan betapa pentingnya dan bergunanya persiapan pemupukan
tanaman kelapa
sawit, karena untuk menjaga agar keseluruhan tanaman dapat di pupuk dalam waktu
dan frekuensi yang sama maka persiapan, pengorganisasian pekerja,
pendistribusian pupuk harus dipersiapkan jauh hari sebelum hari pelaksanaan.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Dari
hasil suvei yang dilakukan maka dapat disimpulkan :
-
Hasil
produksi bobot tandan buah segar (TBS) kebun inti lebih besar dibandingkan
kebun plasma pada tahun 2012 - 2014. Produksi TBS kebun inti pada tahun 2014 adalah 252.410 ton
sedangkan pada kebun plasma 164.080 ton.
6.2
Saran
- Untuk di kebun plasma, petani harus menigkatkan pengetahuan
mengenai teknik budidaya tanaman
kelapa sawit sesuai prinsip agronomi secara pribadi maupun berkelompok dengan
menjalin kerjasama dengan pemerintah khususnya Dinas Perkebunan dan Petugas
Penyuluh Lapangan (PPL). Khususnya pemupukan
di kebun plasma harus mengacu pada prinsip 5T dan menambah pupuk mikro agar
tanaman dapat berproduksi secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda, R. dan M. M. Siahaan. 1994. Kursus Manajemen
Perkebunan Dasar Bidang Tanaman. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan.
Medan. 68 hal.
Direktorat
Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2008 – 2010 Kelapa
Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. 57 hal.
Fauzi,
Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, R. Hartono. 2006. Kelapa Sawit: Budidaya,
Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi revisi.
Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal.
Linga, P,. dan Marsono, 2001,
Petunjuk Pengunaan Pupuk. Jakarta. Penebar Swadaya.
Lubis,
A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Marihat – Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 hal.
Mangoensoekarjo,
S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada
University Press. Yokyakarta. 605 hal.
Maryani, A. T. 2012. Pengaruh
Volume Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan
Utama. Jurnal Agroekoteknologi 1(2): 64-75.
PT Manakarra Unggul Lestari, 2015, Standar Oprasional
Prosedur Pemupukan. Sulawesi Barat. 40 halaman.
Pahan,
I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.
Risza, S,. 1994, Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas.
Yogyakarta. Kanisius
Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Morfologi
tanaman kelapa sawit. Yogyakarta.
Risza, S. 1994. Kelapa
Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas.
Yogyakarta: Kanisius.
Sutarta,
E. S, S. Rahutomo, W. Darmosarkoro dan Winarna. 2003. Peranan unsur hara dan
sumber hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit, hal. 81. Dalam W.
Darmosarkoro, E. S. Sutarta dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa
Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Sastrosayono, S., 2009. Budidaya
Kelapa Sawit. Jakarta. Agromedia Pustaka
Setyamidjaja, D., 1987, pupuk dan pemupukan. Yogyakarta. Kanisius.
Setyamidjaja, D., 1991, Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta.
Kanisius.
Setyawibawa, I., dan Y.E., Widyastuti, 1992, Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfatan
hasil dan aspek pemasaran. Jakarta. Penebar Swadaya.
Syamsulbahri, 1996, Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Berumur
Panjang. Yogyakarta. Gajah Mada University Press
Sukamto.
2008. Lima Puluh Delapan Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya. Jakarta. 83 hal.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit. Tanggerang: Agromedia Pustaka.
Sukarji dan Martoyo (1998), pemupukan tanaman kelapa sawit, Jakarta.
Penebar Swadaya
Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Tanaman: Pedoman
Bertanam Kelapa Sawit. Edisi I. Bandung. Yrama Widya.
Vidanarko, 2011, Morfologi tanaman kelapa sawit.
Yogyakarta.
Vidanarko. 2011. Buku Pintar
Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Winarna, W. Darmosarkoro dan E. S. Sutarta. 2003.
Teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit. hal.113-131. Dalam W.
Darmosarkoro, E. S. Sutarta dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa
Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
LAMPIRAN
Tabel lampiran 1. Karakteristik
pupuk yang digunakan di kebun inti dan kebun plasma PT MUL.
Pupuk & Rumus Kimia
|
Hara Utama
|
Reaksi Keasaman
|
Bentuk Warna
|
Kelarutan dalam Air
|
Higroskopisitas
|
Mahkota Borate
|
B2O5
46%
Na2O
20%
SO4
0,02%
C < 0,01 ppm
|
Masam
|
Butiran putih
|
Sukar larut
|
Tidak higroskopis
|
NPK Baumax
13:6:27:4:B
|
N
13%,
P2o5
6%,
K2o5
27%
Mg 4%
& B
|
Netral agak masam
|
Butir (granul)
|
Mudah larut
|
Agak higroskopis
|
MOP (Muriate
of Potash)
KCL
|
52 – 60%
K2O,
& 47 % Cl
|
Netral agak masam
|
Kristal, Merah, putih kotor
|
Dapat larut
|
Kurang higroskopis, kelembaban nisbi 84%
|
UREA
(NH2)2CO
|
42 – 46% N
|
Sedikit masam
|
Kristral & butir, Putih
|
Mudah larut
|
Higroskopis kelembaban nisbi 73%
|
NPK Pelangi
15:15:15
|
N 15%
P2o5 15%
K2o5
15%
|
Netral, agak masam
|
Butir, putih keabu-abuan
|
Mudah larut
|
Agak higroskopis
|
NK Kalon
|
N 12,33%
K2o5 20,55%
|
Netral agak masam
|
Kristal, merah
|
Dapat larut
|
Kurang higroskopis
|
Sumber. Data
sekunder setelah diolah 2015
Tabel
lampiran 2. Data curah hujan Desa Kalkulasan 2012 - 2014
Bulan
|
2012
|
2013
|
2014
|
|||
Curah
Hujan
|
Hari
Hujan
|
Curah
Hujan
|
Hari
Hujan
|
Curah
Hujan
|
Hari
Hujan
|
|
Januari
|
92.0
|
9.0
|
206.0
|
11.0
|
153.0
|
13.0
|
Februari
|
239.0
|
14.0
|
261.0
|
13.0
|
55.0
|
4.0
|
Maret
|
345.0
|
17.0
|
173.0
|
9.0
|
253.0
|
9.0
|
April
|
410.0
|
22.0
|
398.0
|
15.0
|
243.50
|
10.0
|
Mei
|
141.0
|
6.0
|
517.0
|
21.0
|
642.50
|
20.0
|
Juni
|
112.0
|
7.0
|
213.5
|
13.0
|
319.50
|
18.0
|
Juli
|
224.0
|
11.0
|
516.5
|
20.0
|
264.0
|
6.0
|
Agustus
|
214.0
|
10.0
|
437.0
|
16.0
|
369.5
|
15.0
|
September
|
98.0
|
5.0
|
487.0
|
12.0
|
140.0
|
9.0
|
Oktober
|
248.0
|
10.0
|
201.5
|
9.0
|
122.0
|
4.0
|
Nopember
|
591.0
|
19.0
|
554.0
|
23.0
|
419.0
|
17.0
|
Desember
|
461.0
|
18.0
|
427.0
|
20.0
|
313.0
|
20.0
|
Jumlah
|
3,175.0
|
148.0
|
4,391.5
|
182.0
|
3,294.0
|
145.0
|
Sumber.
Kantor setral PT Manakarra Unggul Lestari
Gambar
lampiran 1.
Curah Hujan 2012 – 2013 Desa Kalkulasan.
Gambar
lampiran 2. Peta lokasi PT Manakarra Unggul Lestari
RIWAYAT HIDUP
I Putu Sandi Yasa, lahir di Bali pada tanggal 11 November 1991, Kec, Negara Selatan Kab, Jembrana, Provinsi Bali. Penulis merupakan
anak pertama
dari pasangan I Ketut Sudiarna
dan Ni Ketut Suarsani.
Jenjang pendidikan yang
pernah dilalui yaitu tamat dari SDN. Salupangkang 1 Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah pada tahun 2003. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 7 Budong-Budong Salupangkang 3 dan selesai pada
tahun 2006.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMK Negeri 1 Topoyo dan selesai pada
tahun 2012.
Penulis kemudian
melanjutkan studi di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep pada tahun 2012 dan memilih jurusan
Budidaya Tanaman Perkebunan. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di beberapa organisasi intra dan ekstra kampus seperti
Himpunan Mahasiswa Budidaya
Tanaman Perkebunan (HMBTP), menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Karate-do
(UKM KARATE-DO) dan menjabat sebagai ketua umum periode 2013-2014,
Kerukunan Keluarga Besar
Mahasiswa Sulawesi Barat (KKBM SUL-BAR). Pada tahun 2015 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang
selama kurang lebih tiga bulan di PT Manakarra Unggul Lestari, di Sulawesi Barat Kabupaten Mamuju Kecamatan Tommo.
Pada akhir studi penulis melakukan penelitian (Proyek Usaha Mandiri) dengan
judul Survei Pengaruh Pemupukan Terhadap Produksi Tandan
Buah Segar Pada Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) Di Kebun Inti
dan Kebun Plasma PT
Manakarra Unggul Lestari di Jurusan Budidaya
Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar